
Ada Boikot, Laba Emiten "Afiliasi" Israel Turun Sampai Kapan?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Beberapa perusahaan yang produknya menjadi sasaran aksi boikot Israel mencatatkan penurunan laba pada kuartal III/2023. Pengamat pun memprediksi penurunan ini akan terjadi sepanjang aksi boikot dilakukan serius.
"Sentimennya pasti ada, kalau memang boikotnya serius, itu sentimen ke labanya pasti besar," ungkap pengamat pasar modal Hans Kwee saat ditemui di CSA Awards di Jakarta, Kamis, (23/11/2023).
Meski begitu, Hans menekankan, masyarakat harus mencermati bahwa perusahaan itu mungkin berasal dari luar negeri yang mendukung Israel, tapi beroperasinya worldwide. Sehingga, perusahaan itu mengakomodir masyarakat di berbagai tempat untuk bekerja.
"Kita harus lihat kalau memang perusahaan diboikot, perusahaan bisa ditutup di posisi rugi, lalu takutnya akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang bersamaan," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, beberapa perusahaan pengelola brand consumer goods mengalami penurunan laba pada kuartal III/2023.
Misalnya, emiten jaringan ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mencatatkan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,49 triliun pada kuartal III-2023, turun 5,18% secara tahunan (yoy) dari Rp1,57 triliun.
Sebagaimana diketahui, MAPI merupakan emiten induk dari pengelola brand minuman Starbucks di Indonesia melalui anak usahanya PT MAP Boga Adiperkasa Tbk.Â
Sementara itu, emiten pemegang hak waralaba restoran Pizza Hut, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) mencatat rugi bersih tahun berjalan hingga kuartal III tahun 2023 sebesar Rp 38,95 miliar.
Di sisi lain, emiten pengelola restoran cepat saji KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) mencatat rugi bersih senilai Rp 152,41 miliar hingga kuartal III tahun ini. Rugi ini membengkak 815,69% dibandingkan kerugian tahun sebelumnya yakni Rp 17,16 miliar.
(mkh/mkh) Next Article Saham Starbucks & KFC Cs di RI Ambruk Imbas Boikot Israel
