²©²ÊÍøÕ¾

Data Tenaga Kerja AS Menguat, Minyak Beri Tanda Balik Arah

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
11 December 2023 09:50
The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga minyak mentah dunia kompak koreksi pada pembukaan perdagangan pagi hari ini, setelah lonjakan pada perdagangan Jumat kemarin mendekati 3%. Meskipun berhasil melonjak pada perdagangan sebelumnya, namun harga minyak masih mencatatkan penurunan selama tujuh minggu berturut-turut.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Senin (11/12/2023), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,11% di posisi US$71,15 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih rendah atau turun 0,15% ke posisi US$75,73 per barel.

Pada perdagangan Jumat (8/12/2023), harga minyak mentah WTI ditutup melesat 2,73% di posisi US$71,23 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent ditutup meroket 2,42% ke posisi US$75,84 per barel.

Harga minyak naik lebih dari 2% pada perdagangan Jumat setelah data AS mendukung ekspektasi pertumbuhan permintaan, namun kedua acuan tersebut turun selama tujuh minggu berturut-turut, penurunan mingguan terpanjang dalam setengah dekade, karena kekhawatiran kelebihan pasokan yang masih menghantui.

Untuk minggu ini, kedua benchmark tersebut kehilangan 3,8%, setelah mencapai titik terendah sejak akhir Juni pada perdagangan Kamis, sebuah tanda bahwa banyak para pelaku pasar percaya pasar kelebihan pasokan.

Hal lain yang juga memicu penurunan pasar adalah data bea cukai China yang menunjukkan impor minyak mentah China pada bulan November turun 9% dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator ekonomi yang lemah, dan melambatnya pesanan dari penyulingan independen yang melemahkan permintaan.

Namun, kenaikan harga minyak pada perdagangan Jumat, yang pertama dalam enam sesi, bisa menjadi tanda bahwa pasar telah menemukan landasan untuk saat ini setelah jatuh selama enam sesi berturut-turut, ujar Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

"Berusahalah untuk mengambil tindakan dengan hati-hati, namun kondisi terendah harus tetap terjadi," tambahnya.

Data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih kuat dari perkiraan, tanda-tanda kekuatan pasar tenaga kerja yang seharusnya mendukung permintaan bahan bakar di pasar minyak terbesar.

Sementara itu, pasar kerja AS sekali lagi memberikan kejutan positif pada bulan November, karena pertumbuhan yang kuat dalam layanan kesehatan dan beberapa sektor lainnya membantu perekonomian menambah hampir 200.000 lapangan kerja dan menekan tingkat pengangguran.

Tingkat pengangguran turun menjadi 3,7%, dibandingkan dengan perkiraan sebesar 3,9%, seiring dengan tingkat partisipasi angkatan kerja yang meningkat menjadi 62,8%.

Adapun, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat (8/12/2023), nonfarm payrolls naik sebesar 199.000 yang disesuaikan secara musiman pada bulan tersebut, sedikit lebih baik dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan menjelang kenaikan bulan Oktober yang tidak direvisi sebesar 150.000. Jumlah tersebut didorong oleh peningkatan yang cukup besar dalam penerimaan pegawai pemerintah serta pekerja yang kembali dari mogok kerja di industri otomotif dan hiburan.

Hal ini menyusul data pemerintah AS pada hari Rabu yang menunjukkan permintaan bensin AS pada minggu lalu tertinggal dari rata-rata musiman 10 tahun sebesar 2,5% dan stok bensin meningkat sebesar 5,4 juta barel, lebih dari lima kali lipat perkiraan, sehingga menyebabkan harga bensin anjlok.

Seperti minyak mentah, bensin berjangka RBOB AS RBc1 pada perdagangan Jumat rebound sekitar 3% dari posisi terendah dua tahun pada perdagangan Kamis.

"Laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu yang memicu kekhawatiran melemahnya permintaan akibat peningkatan signifikan dalam persediaan bensin, mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan setelah laporan pekerjaan yang kuat," ujar Rob Haworth, direktur strategi investasi senior di AS Bank Asset Pengelolaan.

Data menunjukkan sentimen konsumen AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada bulan Desember.

Sementara itu, Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar dunia, pada hari Kamis menyerukan semua anggota OPEC+ untuk bergabung dalam perjanjian pengurangan produksi.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya pada pekan lalu menyetujui pengurangan produksi gabungan sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun depan. Namun pasar khawatir bahwa beberapa anggota mungkin tidak mematuhi komitmen tersebut.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw) Next Article Harga Minyak Naik, Investor Cemas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular