
Tunggu Rilis Data Inflasi, Kuatkah Rupiah Hari Ini?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pergerakan rupiah sepanjang tahun 2023 bagaikan roller coaster, akan tetapi pada penghujung tahun berhasil menguat sejalan dengan aliran dana asing yang deras
Melansir data Refinitiv, pada akhir tahun 2023 atau Jumat (29/12/2023) mata uang Garuda ditutup diposisi Rp15.395/US$ atau terapresiasi 0,13% secara harian. Sementara secara year-to-date (YTD) berhasil menguat 1,09%.
Posisi terlemah rupiah di tahun lalu terjadi pada 27 Oktober 2023 di angka Rp15.935/US$ yang juga merupakan posisi terparah sejak 3,5 tahun terakhir. Sebaliknya, posisi terkuat rupiah pada 28 April 2023 di mana mata uang Garuda mampu berdiri di posisi Rp 14.665/US$
Penguatan rupiah sejalan dengan tingginya dana investor asing yang masuk ke dalam pasar keuangan Indonesia. Investor asing semakin menunjukkan ketertarikannya ke pasar keuangan domestik. Hal ini terbukti dari derasnya dana asing yang masuk ke Indonesia enam pekan beruntun, khususnya di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) periode 27 Desember hingga 28 Desember 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 4,28 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari beli neto Rp0,30 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp2,00 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,98 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Secara keseluruhan, sepanjang 2023, atau hingga 28 Desember 2023, BI mencatat non-residen beli neto sebesar Rp80,45 triliun di pasar SBN, jual neto Rp10,74 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp52,81 triliun di SRBI.
Beralih pada hari ini ada sejumlah data yang akan mempengaruhi gerak rupiah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pertama, pada hari ini, Selasa (2/1/2024) S&P Global dan sejumlah lembaga akan mengumumkan data PMI Manufaktur untuk Desember 2023 untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Seperti diketahui, PMI Indonesia menguat ke level 51,7 pada November 2023, atau meningkat 0,2 poin dari 51,5 pada Oktober 2023. Kenaikan tersebut didorong oleh peningkatan pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia. Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan.
Menarik disimak apakah laju manufaktur Indonesia akan meningkat pada akhir tahun lalu. PMI bisa mencerminkan laju permintaan domestik dan luar negeri yang pada akhirnya menggambarkan pergerakan pertumbuhan ekonomi.
Sementara dari luar negeri, datang dari negeri tirai bambu. China akan merilis Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin China periode Desember 2023.
Diketahui, PMI Manufaktur Caixin China naik menjadi 50,7 pada November 2023 dari 49,5 pada bulan Oktober, mengalahkan perkiraan pasar sebesar 49,8 dan menunjukkan angka tertinggi sejak Agustus. Baik tingkat output maupun pembelian kembali tumbuh, di tengah upaya terbaru dari Beijing untuk menghidupkan kembali perekonomian yang lesu
Kemudian, ada dari Amerika Serikat (AS) akan merilis PMI Manufaktur periode Desember 2023. Diketahui, PM Manufaktur AS tercatat sebesar 46,7% di bulan November, tidak berubah dari 46,7% yang tercatat pada bulan Oktober. Ini adalah bulan ke-13 berturut-turut dimana PMI berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur. Ini merupakan bentangan terpanjang sejak periode Agustus 2000 hingga Januari 2002
Beralih ke dalam negeri, pada hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Desember 2023. Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ dari 11 institusi memperkirakan inflasi Desember 2023 akan melonjak angka 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Naik drastis dibandingkan pada November yang tercatat 0,38%. Secara historis, inflasi Desember biasanya melonjak karena ada kenaikan permintaan selama Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Dalam lima tahun terakhir, inflasi (MtM) Desember menembus 0,53%.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) akan menembus 2,72% pada Desember 2023. Inflasi ini lebih rendah dibandingkan pada November yang tercatat 2,86%.
Sementara itu, inflasi inti diperkirakan sedikit melandai menjadi 1,86% pada Desember (yoy) dibandingkan 1,87% pada November.
Kemudian, pada hari ini akan ada pengumuman realisasi APBN sepanjang 2023, yang terdiri dari penerimaan pajak, belanja, hingga pembiayaan. Menteri Keuangan, Sri Mulyani kemungkinan besar juga akan membeberkan sejumlah kebijakan untuk tahun ini dalam menjaga ekonomi sekaligus belanja pemerintah.
Menarik disimak bagaimana kinerja APBN sepanjang tahun ini, terutama besaran belanja sosial serta sebesar apa penurunan komoditas akan berdampak terhadap penerimaan negara pada 2023
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah semakin kokoh dalam tren penguatannya. Terdekat, kini rupiah potensi menguji support terdekat di Rp15.350/US$. Posisi ini didapatkan dari garis horizontal berdasarkan low candle 29 November 2023.
Sementara itu, tetap perlu diantisipasi jika ada pembalikan arah melemah ke resistance terdekat yaitu di posisi Rp15.460/US$. Posisi ini didapatkan dari garis rata-rata selama 100 jam atau moving average 100 (MA100).
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam |
²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCHÂ
(tsn/tsn) Next Article Inflasi RI Melandai ke 2,61%, Bagaimana Efeknya ke Rupiah?