
Sentimen Mulai Membaik, Tapi Kok Bursa Asia Gak Kompak?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Kamis (25/1/2024), di mana investor menanti rilis data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Per pukul 08:30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,25%, Shanghai Composite China naik tipis 0,04%, dan ASX 200 Australia bertambah 0,11%.
Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,42%, Straits Times Singapura turun tipis 0,03%, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,35%.
Dari Korea Selatan, perekonomiannya kembali positif pada kuartal terakhir tahun lalu, meskipun ekspor akhir tahun lalu cenderung melambat.
Bank sentral Korea (Bank of Korea/BoK) melaporkan produk domestik bruto (PDB) awal pada kuartal IV-2023 tumbuh 2,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada kuartal III-2023 hanya tumbuh 1,4%.
Sedangkan secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB Negeri Ginseng pada kuartal IV-2023 cenderung bertahan yakni tumbuh 0,6%, masih sama seperti pada kuartal III-2023 yang juga tumbuh 0,6%.
Ekspor tumbuh sebesar 2,6%, turun dari 3,4% pada kuartal sebelumnya. Sementara konsumsi swasta mencatat pertumbuhan sebesar 0,2%, sedikit penurunan dari 0,3% pada periode Juli hingga September 2023.
Bank sentral memperkirakan perekonomian Korea Selatan akan tumbuh sebesar 2,1% tahun ini, turun dari perkiraan awal sebesar 2,4%. Dana Moneter Internasional (MF) memperkirakan pertumbuhan tahunan Korea Selatan mencapai 2,2% di 2024.
Perekonomian domestik terbebani oleh tingginya biaya pinjaman. Awal bulan ini, BoK mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 3,5% untuk sesi kedelapan berturut-turut, dan gubernur BoK mengatakan suku bunga harus tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang untuk mengendalikan inflasi.
Selain itu, investor juga masih menimbang langkah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi jumlah dana yang wajib disimpan oleh bank-banknya sebagai cadangan pada awal bulan depan dalam upaya untuk meningkatkan perekonomiannya yang sedang kesulitan.
Menurut Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, persyaratan rasio cadangan untuk bank akan dipotong sebesar 50 basis poin mulai 5 Februari, yang akan menyediakan modal jangka panjang sebesar 1 triliun yuan (US$ 139,8 miliar).
Di lain sisi, bursa Asia-Pasik yang cenderung beragam terjadi di tengah bervariasinya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
IndeksDow Jones Index (DJI) ditutup melemah 0,26%. Tetapi S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil menguat. S&P 500 naik tipis 0,08%, sedangkan Nasdaq menguat 0,36%.
Beberapa saham teknologi mega cap di AS menjadi penopang S&P 500 dan Nasdaq kemarin, seperti saham Netflix yang melejit 13%, setelah layanan video streamer tersebut mengungkapkan jumlah total pelanggannya mencapai angka tertinggi sepanjang masa yakni sebesar 260,8 juta. Pendapatan Netflix pun melampaui perkiraan analis dan target pendapatan perusahaan pada kuartal-IV 2023.
Sedangkan saham Microsoft melesat lebih dari 1%, mengirimkan nilai pasarnya di atas level US$3 triliun untuk pertama kalinya. Stok perangkat lunak bergabungApplesebagai satu-satunya dua perusahaan dengan total kapitalisasi pasar di atas ukuran tersebut.
Di lain sisi, Laporan pendapatan akan tetap menjadi fokus para investorTesla, Dari lebih dari 16% perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan keuangan triwulanan sejauh ini pada musim pendapatan, lebih dari 71% telah melampaui ekspektasi Wall Street, menurut FactSet.
Di sisi ekonomi, para pedagang akan menantikan data produk domestik bruto kuartal keempat dan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang diperkirakan akan dirilis pada minggu ini.
Berdasarkan konsensusTrading Economics,pembacaan awal pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal-IV 2023 adalah tumbuh 2% (qtq).
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yakni 4,9% qoq. Pertumbuhan ini masih merupakan pertumbuhan terkuat sejak Triwulan ke-4 tahun 2021.
Jika benar demikian, maka ekonomi Negeri Paman Sam mulai melambat sehingga menjadi momentum yang tepat untuk menurunkan suku bunga.
Berdasarkan perangkat CME Fedwatch, pasar melihat kemungkinan Federal Fund Rate (FFR) akan dipangkas pada Mei 2024 dan akan turun sebesar 150 bp ke target 3,75% - 4,00% pada akhir 2024. Sebagai informasi saat ini target FFR adalah 5,25%-5,5%.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(chd/chd) Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
