²©²ÊÍøÕ¾

Market Commentary

IHSG Loyo & Balik Lagi ke Level 7.200, 6 Saham Ini Biang Keroknya

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
04 March 2024 16:27
Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada akhir perdagangan Senin (4/3/2024), di tengah mulai keluarnya investor asing dari pasar keuangan dalam negeri.

IHSG ditutup melemah 0,48% ke posisi 7.276,75. IHSG pun terkoreksi kembali ke level psikologis 7.200, setelah beberapa hari bertahan di level psikologis 7.300.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 7,6 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang diperdagangkan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 196 saham menguat, 321 saham melemah, dan 254 saham cenderung mendatar.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 2,66%.

Beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
GoTo Gojek TokopediaGOTO-10,3464-7,25%
Bank Rakyat Indonesia (Persero)BBRI-8,736.050-1,22%
Bank Central AsiaBBCA-5,149.750-0,76%
Barito Renewables EnergyBREN-2,916.125-1,21%
Merdeka Battery MaterialsMBMA-1,76565-4,24%
Indofood Sukses MakmurINDF-1,346.550-1,87%

Sumber: Refinitiv

Sejalan dengan sektor teknologi yang menjadi laggard IHSG, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) pun menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 10,3 indeks poin.

IHSG kembali melemah di tengah mulai keluarnya investor asing dari pasar keuangan dalam negeri.

Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa investor asing tercatat melakukan jual neto Rp 2 triliun terdiri dari jual neto Rp 0,82 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp 2,64 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 1,46 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) berdasarkan data transaksi 26-29 Februari 2024.

Selain itu, guncangan dari eksternal baik dari China dan AS pun masih menjadi perhatian pelaku pasar.

China sebagai negara terbesar di Asia yang memiliki dampak besar bagi negara tetangganya, diperkirakan memiliki pertumbuhan ekonomi yang kurang dari 5% di tahun ini.

Hal ini terjadi di tengah krisis properti yang melanda, tingkat pengangguran kaum muda yang cukup tinggi bahkan sempat menyentuh 21,3% pada Juni 2023. Tidak sampai di situ, jumlah utang yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB) juga memberikan tekanan.

Sementara negara maju lainnya yakni Jepang dan Inggris tercatat mengalami resesi atau dengan kata lain pertumbuhan PDB berada di zona negatif di kuartal tiga dan empat secara beruntun.

Adapun bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) belum juga menunjukkan tanda akan memangkas suku bunga setelah inflasi masih panas.

Inflasi AS menembus 3,1% (year-on-year/yoy) pada Januari 2024, melandai dari 3,4% pada Desember 2023 tetapi jauh di atas ekspektasi pasar (2,9%). Kabar baik baru datang pada Kamis pekan ini setelah data inflasi pengeluaran konsumen pribadi AS melemah.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd) Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular