²©²ÊÍøÕ¾

Serangan Ukraina Bikin Khawatir, Harga Minyak Rawan Guncangan

Susi Setiawati, ²©²ÊÍøÕ¾
20 March 2024 08:35
FILE PHOTO: Boats sail past Pulau Bukom oil refinery along the southern coast of Singapore June 8, 2016. REUTERS/Edgar Su/File Photo
Foto: Kapal berlayar melewati kilang minyak Pulau Bukom di sepanjang pantai selatan Singapura

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga minyak mentah kompak bergerak lebih rendah pada awal perdagangan hari ini, setelah kenaikan dua hari beruntun.

Pada awal perdagangan hari ini Rabu (20/3/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,32% di posisi US$83,2 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent bergerak lebih rendah atau turun 0,24% di posisi US$87,17 per barel.

Sebelumnya pada perdagangan Selasa (19/3/2024), harga minyak mentah WTI ditutup menguat 0,91% di posisi US$83,47 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terapresiasi 0,56% di posisi US$87,38 per barel.

Harga minyak naik ke level tertinggi dalam beberapa bulan untuk sesi kedua berturut-turut pada perdagangan Selasa karena para pelaku pasar menilai bagaimana serangan Ukraina baru-baru ini terhadap kilang-kilang Rusia akan mempengaruhi pasokan minyak global.

Ukraina telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur minyak Rusia tahun ini, dengan setidaknya tujuh kilang menjadi sasaran drone pada bulan ini. Serangan tersebut telah menghentikan 7%, atau sekitar 370.500 barel per hari, kapasitas penyulingan Rusia, menurut perhitungan Reuters.

Meskipun aktivitas penyulingan yang lebih rendah telah menyebabkan peningkatan ekspor minyak mentah Rusia, hal ini juga dapat menyebabkan pengurangan produksi minyak mentah karena negara tersebut menghadapi kendala penyimpanan, menurut catatan analis energi StoneX Alex Hodes.

Berdasarkan perhitungan Hodes, serangan terhadap kilang Rusia dapat mengakibatkan penurunan sekitar 350.000 barel per hari pasokan minyak bumi global dan meningkatkan harga minyak mentah AS sebesar US$3 per barel.

Sekalipun serangan tersebut tidak mengakibatkan hilangnya pasokan minyak mentah Rusia secara langsung, masih terdapat efek limpahan pada harga minyak akibat melonjaknya margin produk olahan, menurut catatan analis SEB Research Bjarne Schieldrop pada hari Senin.

Selain itu, harga minyak juga mendapat dukungan dari penurunan ekspor minyak mentah dari Arab Saudi dan Irak, serta tanda-tanda menguatnya permintaan dan pertumbuhan ekonomi di China dan AS.

Pembangunan rumah untuk satu keluarga di AS meningkat tajam pada periode Februari, menurut laporan Departemen Perdagangan. Pembangunan rumah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendukung permintaan minyak.

"Data permintaan minyak yang mengejutkan menjadi sisi positifnya dan perpanjangan pemotongan sukarela OPEC+ hingga akhir Juni juga telah mendukung harga minyak," ujar analis UBS Giovanni Staunovo, kepada Reuters.

"Brent kemungkinan akan diperdagangkan pada kisaran US$80 hingga US$90 per barel tahun ini, dengan perkiraan akhir Juni sebesar US$86 per barel," tambah Staunovo.

Stok minyak mentah AS turun 1,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 15 Maret, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute.

Adapun, data stok resmi dari Administrasi Informasi Energi AS akan dirilis pada hari Rabu pukul 10:30 ET (1430 GMT).


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw) Next Article Gegara Amerika, Minyak Gagal Rebound

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular