²©²ÊÍøÕ¾

Rupiah Masih Dibayangi Tekanan Eksternal, Hari Ini Melemah Lagi?

Tasya Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
25 March 2024 06:50
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (²©²ÊÍøÕ¾/ Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pekan yang diwarnai oleh pengumuman bank sentral di berbagai negara sudah usai. Namun, rupiah tampaknya masih berpotensi mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lantaran diselimuti risk off, terutama dari eksternal.

Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup ambruk 0,77% di angka Rp15.775/US$ pada akhir pekan, Jumat (22/3/2024). Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 30 Januari 2024.

Secara mingguan, rupiah juga mengalami depresiasi sebesar 1,19% atau terparah sejak 22 Januari 2024.Ìý

Pelemahan rupiah ditengarai indeks dolar AS (DXY) yang menguat menembus level 104. Tepatnya, pada saat mendekati penutupan rupiah akhir pekan lalu pukul 14:51 WIB DXY terpantau naik 0,84% menuju 104,28.

Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan satu hari sebelum-nya yang berada di angka 103,41.

DXY menguat disinyalir terpicu penurunan suku bunga Swiss National Bank (SNB) yang kemudian membayangi prospek bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Sebagai catatan Bank sentral Swiss memangkas suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 1,50% pada Kamis (21/3/2024). Ini menjadi yang pertama kalinya sejak terpukul Covid-19.

Sementara, The Fed masih mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50% pada Kamis (21/3/2024). The Fed juga belum mengindikasikan kapan mereka akan melakukan pemangkasan.

Data terbaru dari AS juga menunjukkan ekonomi Paman Sam masih kencang.

Angka Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur AS tercatat naik ke level tertinggi dalam 21 bulan di 52,5 pada Maret 2024 dari 52,2 pada Februari, mengalahkan perkiraan pasar sebesar 51,7, menurut perkiraan awal.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga pun kemudian melemah. Menurut Fedwatch Tool CME, saat ini para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 66,5% pada Juni. Proyeksi ini melemah dibandingkan 74% pada awal pekan ini.

Nilai tukar rupiah juga tertekan dari sentimen dalam negeri setelah dua kubu pasangan calon (paslon) presiden menggugat hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) ke Mahkamah Konstitusi.

Kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sudah mengajukan gugatan ke MK atas keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 360/2024 Tentang Penetapan Hasil Pemilu 2024 ke Mahkamah Konstitusi (MK). Paslon Ganjar Pranowo- Mahfud MD juga akan mengajukan gugatan yang sama.

Selain The Fed dan sentimen politik, nilai tukar rupiah juga jeblok karena derasnya capital outflow. Data Bank Indonesia berdasarkan transaksi 18-21 Maret 2024 menunjukkan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 6,68 triliun.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan net buy sebesar Rp 21,72 triliun pada pekan sebelumnya.

Beralih pada pekan ini, semakin mendekati payday ditambah Tunjangan Hari Raya (THR) dan repatriasi dividen, tampaknya akan membuat rupiah bergerak volatil. Pasalnya, pelaku pasar biasanya akan menarik uang dulu untuk kebutuhan lebaran.

Bulan Ramadhan digadang bakal menjadi bulan belanja ritel terbesar dibandingkan bulan lainnya sepanjang tahun. Di Indonesia sendiri diperkirakan bisa mencapai US$ 70 miliar, menurut survey World Bank, dikutip dari Redseer.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih kokoh dalam tren pelemahan. Resistance di Rp15.785/US$ masih potensi diuji sebagai pelemahan dalam jangka pendek, ini diambil berdasarkan high candle yang sempat diuji akhir pekan lalu.

Sementara itu, jika ada pembalikan arah menguat, rupiah potensi menuju support terdekat di Rp15.740/US$. Posisi ini didapatkan dari garis rata-rata selama 20 jam atau moving average/MA 20.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

Ìý

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn) Next Article Indek Dolar Melesat, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular