
Harga Minyak Balik Loyo, Saham Medco (MEDC) Cs Ikutan Ambles

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Mayoritas saham emiten minyak bumi terpantau ambles pada perdagangan sesi I Selasa (21/5/2024), setelah kemarin sempat melesat karena kenaikan harga minyak mentah dunia.
Per pukul 11:14 WIB, lima saham minyak dan pendukungnya terpantau ambles 1% hingga 3% lebih pada sesi I hari ini.
Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menjadi yang paling parah koreksinya pada sesi I hari ini, yakni turun 3,72% ke posisi Rp 1.425/saham.
Sementara itu saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menjadi yang paling minor pelemahannya di sesi I hari ini yakni merosot 0,93% menjadi Rp 1.595/saham.
Berikut pergerakan saham emiten minyak bumi pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Medco Energi Internasional | MEDC | 1425 | -3,72% |
Energi Mega Persada | ENRG | 193 | -2,03% |
Apexindo Pratama Duta | APEX | 157 | -1,88% |
ESSA Industries Indonesia | ESSA | 820 | -1,80% |
AKR Corporindo | AKRA | 1595 | -0,93% |
Sumber: RTI
Saham minyak terpantau berbalik melemah mengikuti pergerakan harga minyak mentah global yang juga cenderung terkoreksi pada hari ini.
²Ñ±ð²Ô³Ü°ù³Ü³ÙÌý¸é±ð´Ú¾±²Ô¾±³Ù¾±±¹Ìýpada hari ini pukul 11.10 WIB, harga acuan minyak mentah Brent melemah 0,53% menjadi US$ 83,27 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) atau jenis light sweet terkoreksi 0,6% menjadi US$ 79,31 per barel.
Harga minyak yang berbalik melemah terjadi karena pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka sedang menunggu lebih banyak tanda-tanda penurunan inflasi sebelum bank sentral mulai memangkas suku bunga.
Dua pejabat tinggi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)mengatakan mereka belum siap untuk mengatakan bahwa tren inflasi kembali bergerak secara berkelanjutan ke target The Fed sebesar 2%, hal ini membebani setelah data minggu lalu menunjukkan pelonggaran tekanan harga konsumen pada bulan April.
Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman bagi konsumen dan dunia usaha, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Namun pasar tampak tidak terpengaruh oleh ketidakpastian politik di dua negara penghasil minyak utama setelah presiden Iran meninggal dalam kecelakaan helikopter dan putra mahkota Arab Saudi menunda perjalanan ke Jepang karena kesehatan ayahnya, sang raja.
Kebijakan perminyakan Iran seharusnya tidak terpengaruh oleh kematian mendadak presiden tersebut karena Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memegang kekuasaan tertinggi yang berhak memutuskan semua urusan negara.
Di Arab Saudi, pasar sudah terbiasa dengan kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman di sektor energi, kata Saul Kavonic, analis energi di MST Marquee.
"Keberlanjutan strategi Saudi diharapkan terlepas dari masalah kesehatan ini," katanya.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan bertemu pada 1 Juni.
"Pasar juga tampak semakin kebal terhadap perkembangan geopolitik, kemungkinan karena besarnya kapasitas cadangan yang dimiliki OPEC," kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING.
Data menunjukkan bahwa ekspor minyak mentah Arab Saudi meningkat selama dua bulan berturut-turut di bulan Maret, mencapai level tertinggi dalam sembilan bulan.
Rusia tetap menjadi pemasok minyak utama China pada bulan April selama 12 bulan, dengan volume meningkat 30% dari tahun sebelumnya karena penyulingan terus mendapatkan keuntungan dari pengiriman dengan potongan harga, sementara pasokan dari Arab Saudi turun seperempat karena harga yang lebih tinggi.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd) Next Article Medco Energi (MEDC) Divestasi Seluruh Kepemilikan Saham OVBV