²©²ÊÍøÕ¾

Duit Rp 400 Triliun Menguap dalam Sepekan Gara-Gara Ini

Tim Redaksi, ²©²ÊÍøÕ¾
Minggu, 02/06/2024 07:20 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bursa Efek Indonesia mencetak sejarah baru. Saham berkapitalisasi terbesar masuk daftar pemantauan khusus dan perdagangannya dilakukan dengan sistem Full Call Auction (FCA).

±Ê°ÕÌýBarito Renewables Energy Tbk (BREN) belum berumur satu tahun, tetapi kapitalisasi pasar emiten Prajogo Pangestu itu sempat menyalip jauh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta terbesar di Indonesia. 

Pada 22 Mei 2024, harga saham BREN melonjak drastis atau lebih dari 14 kali lipat menjadi Rp11.225/lembar. Padahal saham ini melantai di Bursa dengan harga penawaran Rp780/lembar.


Alhasil kapitalisasi pasar BREN saat itu mencapai Rp 1.501,75 triliun, menyalip BBCA yang telah bertahun-tahun berstatus emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia. 

Sebagai perbandingan, BBCA membutuhkan waktu sekitar 20 tahun sejak IPO atau penawaran perdana untuk mencapai kapitalisasi pasar Rp 1.000 triliun. Sementara itu, BREN hanya butuh dua bulan sejak IPO untuk mencapai posisi yang sama. 

Akan tetapi situasi berbalik 180 derajat. Pesta pora saham BREN berakhir seiring dengan pengumuman Bursa Efek Indonesia yang memasukan BREN ke daftar saham pemantauan khusus. 

Sejak dibuka kemarin, Rabu (29/5/2024) menggunakan sistem FCA, saham BREN dua hari beruntun anjlok menembus level Auto Reject Bawah (ARB). 

Dari harga tertinggi di atas Rp12.175 per lembar saham hingga akhirnya parkir di level  Rp8.225 per lembar. Dengan demikian dalam sepekan kapitalisasi pasar BREN sudah lenyap Rp 401,36 triliun.

Adapun jika melihat pergerakan harga saham BREN sejak listing bisa dibilang sangat volatile, harga meroket drastis dalam dua bulan menembus Rp8000 per lembar, tetapi dua pekan setelahnya malah anjlok hingga ke level Rp4000 per lembar, turun lebih dari 50%.

Meski begitu, harga saham kemudian bangkit lagi dalam tiga bulan terakhir ini, meroket 126% dan memecahkan rekor level tertinggi-nya sejak IPO.

Bursa Efek Indonesia merespons dengan melakukan suspensi terhadap saham BREN. Pasalnya kenaikan saham BREN juga terjadi saat investor ritel menciut dan volume transaksi perdagangan menurun.

Melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BREN mengatakan bahwa peningkatan harga dan volume transaksi yang terjadi dalam 2 bulan terakhir ditengarai akibat masuknya saham Perseroan ke dalam S&P Global Clean Energy Index & iShares Clean Energy pada tanggal 19 April 2024.

"Terdapat inflow dari ETF sebesar US$ 75 juta atau 150 juta saham," tulis manajemen, Selasa (28/5).

Bursa juga mempertanyakan kenaikan harga saham BREN yang terjadi saat volume transaksi dan transaksi ritel emiten turun. Manajemen menyebut hal itu disebabkan beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut di antaranya, energi baru terbarukan merupakan sektor yang sedang mendapat perhatian luas secara global dan sangat diminati.

"Saat ini tidak banyak saham di sektor usaha energi terbarukan yang mencatatkan sahamnya di BEI, yang dapat memberikan pilihan kepada investor yang ingin berinvestasi di sektor energi terbarukan," sebutnya.

Selain itu karena keinginan investor untuk memegang saham perseroan dalam jangka panjang, termasuk yang disebabkan oleh adanya kewajiban kepada institusi atau industri tertentu untuk memiliki portofolio investasi di sektor renewables energy.


(mkh/mkh)

e:banner stickystaticbanner -->