²©²ÊÍøÕ¾

Awas! Efek Dolar Menggila Bikin 'Momok Ngeri' Ini Muncul Lagi!

Rosseno Aji Nugroho, ²©²ÊÍøÕ¾
26 June 2024 10:45
Penukaran uang di tempat penukaran uang atau Money Changer Tri Tunggal kawasan Blok M Plaza, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Foto: Penukaran uang di tempat penukaran uang atau Money Changer Tri Tunggal kawasan Blok M Plaza, Jakarta, Senin, (1/4/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Myrdal Gunarto, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, menilai pelemahan nilai tukar yang terjadi saat ini berisiko memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Salah satunya adalah momok inflasi.

Myrdal mengingatkan risiko tekanan imported inflation yang semakin menguat setelah melihat juga pergerakan harga minyak Brent. Brent telah kembali menembus US$85/barel.

"Kondisi tersebut kami duga karena kebutuhan impor nasional yang tidak setinggi pada bulan April lalu," ungkapnya.

Sementara itu, kebutuhan impor pangan dan bahan bakar minyak saat ini masih tidak setinggi pada periode Maret dan April lalu karena periode peak season dari konsumsi pangan dan bahan bakar minyak yang sudah terlewati. Kondisi ini diperkuat dengan adanya tambahan suplai pangan domestik dari sentra pangan yang mengalami panen raya.

Myrdal pun mengingatkan pemerintah dan pihak berwenang lainnya untuk melakukan beberapa langkah strategis jika dolar masih terus menguat.

Pertama, menjaga stabilitas harga maupun pasokan komoditas impor strategis untuk masyarakat, seperti bahan pangan maupun BBM Solar dan pertalite.

Kedua, melakukan koordinasi intensif melalui Menteri Perdagangan maupun Menko Perekonomian dengan eksportir besar, terutama berbasis sumber daya alam, untuk segera merealisasikan hasil devisanya dari valas ke Rupiah untuk menambah suplai devisa nasional, sesuai dengan PP No. 36 Tahun 2023 soal aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Ketiga, dia mengungkapkan pemerintah dapat kembali merilis penerbitan obligasi global yang berbiaya murah, misalkan Euro Bond atau Samurai Bond untuk menambah suplai valas domestik yang jumlahnya ekuivalen US$ 3-7 miliar, sambil mendukung juga upaya pembiayaan negara.

Terakhir, Myrdal mengungkapkan pemerintah bisa mendorong roadshow intensif ke negara mitra investasi utama untuk mendorong aliran masuk foreign direct investment (FDI) menjadi lebih deras.

Myrdal memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan bergerak di kisaran US$ 16.132 - US$ 16.500 hingga sebulan kedepan.

"Kami masih melihat US$ 16.500 merupakan level resisten psikologis terkuat bagi pergerakan USD-IDR saat ini," ungkap Myrdal.


(haa/haa) Next Article Inflasi AS Sesuai Ekspektasi, Rupiah Melemah ke Rp15.715/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular