²©²ÊÍøÕ¾

Masalah Sritex (SRIL) Numpuk, Utang Bengkak & Karyawan Dirumahkan

mkh, ²©²ÊÍøÕ¾
22 July 2024 12:10
Pabrik Sritex (Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)
Foto: Pabrik Sritex (Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Benang kusut masalah PT Sri Rezeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex belum juga terurai. Dalam keterbukaan informasi terbaru, perusahaan tekstil ini menyampaikan utang yang semakin membengkak dan juga status karyawan yang dirumahkan. 

Dalam laporan keuangan, utang usaha jangka panjang dan pendek SRIL naik sebesar US$ 11,61 juta. Manajemen SRIl menjelaskan bahwa hal itu disebabkan kemampuan membayar utang usaha yang menurun dan kondisi perusahaan yang dalam PKPU. "Sehingga beberapa vendor membutuhkan uang muka (down payment) terlebih dahulu untuk pembelian bahan baku," tulis manajemen SRIL, dikutip Senin (22/7/2024).

Adapun rincian utang usaha yang dimaksud adalah belum jatuh tempo per 31 Maret 2024 senilai US$ 31,67 juta, naik US$ 8,7 juta dibandingkan dengan posisi Desember 2023. 

Kemudian utang yang jatuh tempo dalam 30 hari naik US$ 630.000. Lalu 31-90 hari naik US$ 1,2 juta dan 91-180 hari naik US$ 468.000. 

Selain itu, SRIL juga telah melakukan restrukturisasi surat utang jangka pendek (MTN) yang awalnya jatuh tempo 18 Mei 2021 menjadi 29 Agustus 2027. "Dikarenakan masalah kas, perusahaan mengajukan relaksasi terhadap pembayaran pokok dan bunga MTN," tulis manajemen SRIL.

SRIL juga melaporkan efisiensi secara berkala dengan merumahkan beberapa karyawan. Hal ini terlihat dari penurunan jumlah karyawan dari 16.370 per 31 Desember 2022 menjadi 14.138 per 31 Desember 2023. 

SRIL menjabarkan bahwa terdapat kenaikan yang cukup signifikan dalam biaya tidak langsung lain-lain pada beban penjualan, di mana kenaikan biaya tersebut didorong oleh peningkatan indirect labor atau pekerja yang dirumahkan namun dibayarkan gajinya sebagian saja. 

Adapun diberitakan sebelumnya,Sritex membukukan kerugian bersih US$ 174,84 juta sepanjang 2023. Catatan rugi tersebut tercatat turun 56% dari kerugian US$ 395,56 juta (Rp 6,33 triliun) di tahun 2022.

Kinerja bottom line yang masih buruk ikut disebabkan karena pendapatan perusahaan yang turun tajam sepanjang tahun lalu. Sritex mencatatkan penurunan penjualan hingga 38% sepanjang tahun lalu, dari semula US$ 524,56 juta pada 2022 menjadi US$ 325,08 juta tahun lalu.


(mkh/mkh) Next Article Sritex Akan Kasasi Putusan Pailit & Sebut Belum Ada Rencana PHK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular