²©²ÊÍøÕ¾

Jika Trump Menang Pilpres AS, Begini Kira-kira Nasib Rupiah!

Hadijah Alaydrus, ²©²ÊÍøÕ¾
22 July 2024 13:30
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso. (²©²ÊÍøÕ¾/Hadijah Alaydrus)
Foto: Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso. (²©²ÊÍøÕ¾/Hadijah Alaydrus)

Waingapu, ²©²ÊÍøÕ¾-Jalan kemenangan Donald Trump terbuka lebar untuk menduduki kursi presiden Amerika Serikat (AS) terbuka lebar setelah mundurnya petahana Joe Biden.

Jika Trump kembali memenangi pemilihan presiden (Pilpres) AS, maka dampaknya terhadap indeks dolar (DXY) diperkirakan tidak akan signifikan dibandingkan dengan kemenangan sebelumnya pada 2017.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso mengungkapkan banyak yang berspekulasi bahwa kemenangan Trump dalam Pilpres 2024 dapat mengulang kondisi di 2017.

Saat itu, indeks dolar melesat cukup signifikan, yakni dari 97 ke 101. Kalau indeks dolar naik, hal ini tentu berpotensi melemahkan mata uang negara lain. Namun, Denny meyakini hal ini tidak akan terulang.

"Cerita yang kemarin berbeda dengan yang sekarang. Kalau yang kemarin sampai detik terakhir, Trump diyakini kalah. Survei terakhir kalah, tapi hasilnya berbeda. Cukup mengagetkan dunia 'persilatan', termasuk pasar keuangan," ungkapnya dalam media briefing Bank Indonesia di Kambaniru Beach Hotel, Waingapu, Sumba Timur, Senin (22/7/2024).

"Nah ini yang sebagian meyakini tidak akan berulang karena semua atau banyak yang sudah memperkirakan Trump akan menang sehingga kebijakan the Fed kepada keuangan akan lebih banyak ketimbang terpilihnya Trump," kata Denny.

Dengan demikian, dampak pasar keuangan akan minim. Pasar justru yakin kebijakan the Fed akan lebih berperan.

Ke depannya, Denny melihat kebijakan the Fed akan longgar. Dari perkiraan pasar, the Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali pada kuartal IV-2024 atau tepatnya pada September dan November 2024.

Global Market Economis Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto juga membenarkan hal ini. Myrdal menyampaikan bahwa di tengah inflasi AS yang kian melandai sehingga ada probabilitas terjadinya pemangkasan suku bunga The Fed.

"Jika The Fed menurunkan suku bunga sampai dua kali, ada kemungkinan BI rate juga turun dua kali," papar Myrdal kepada ²©²ÊÍøÕ¾.

Namun yang perlu dicermati adalah jika kebijakan fiskal AS sangat longgar, maka inflasi akan sulit diturunkan.

"Kalau kebijakan fiskal sangat longgar (friendly) yang memicu konsumsi dan ada lonjakan inflasi lagi, maka respon The Fed juga akan berbeda," ujar Myrdal.


(haa/mij) Next Article Segini Modal Asing Kabur dari RI Saat Sidang Sengketa Pilpres

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular