
Tertekan Suku Bunga Tinggi, BTN (BBTN) Pangkas Target Pertumbuhan Laba

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) telah merevisi target pertumbuhan labanya menjadi sekitar 1% pada akhir tahun 2024. Penurunan itu sangat signifikan dari target laba yang awalnya double digit sebesar 10% hingga 11%, sebagaimana tertera dalam materi analyst meeting per Juni 2024.
Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengungkapkan penyebabnya adalah tekanan biaya pendanaan atau cost of fund (CoF) yang terdongkrak oleh kenaikan suku bunga acuan. Maka demikian, ia mengatakan bank pelat merah itu lebih baik menurunkan target daripada tidak bisa memenuhi ekspektasi.
"Saya mendingan nurunin, tapi saya bisa deliver daripada saya janjiin, tapi saya nggak bisa deliver. Jadi, saya mesti realistis, cost of fund ini kan naik terus," ujarnya selepas acara Akad Massal KPR & KUR BTN di Perumahan Pesona Kahuripan 9, Kabupaten Bogor, Rabu (31/7/2024).
Meskipun begitu, ia menyebut ada kabar baik bagi BTN, yakni biaya pendanaannya dalam dua bulan terakhir telah mulai menurun. Ia mengakui penurunannya belum terlalu besar, tapi sudah mencapai 3,9%, setelah di awal tahun sempat mencapai 4,2%.
"Tapi maksudnya kalau orang demam tuh, sudah turun gitu ya. Jadi kita Mei dan Juni cost of fund-nya turun, sudah kembali di bawah 4%, 3,9%," terang Nixon.
Menurutnya, biaya pendanaan akan dapat lebih cepat diturunkan bila suku bunga acuan segera turun. Nixon menyebut perubahan prediksi suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed) membuat semua hitungan rencana awal berubah.
"Karena dulu prediksinya kan bunga acuan itu akhir semester I sudah turun, semester I loh ramalan awal. Tiba-tiba kan The Fed bilang higher for longer. Bahkan ngomongnya sekarang, tahun ini mungkin [turun] cuma sekali, tahun depan turun empat kali. Jadi kan, semua salah hitung jadinya," jelasnya.
"Jadi kita karena itu konservatif aja laba tumbuhnya. Memang kita bikin di proyeksi hanya 1% Tapi yang penting itu bisa kita dilakukan."
Menanggapi kondisi ini, Nixon menjelaskan pihaknya melakukan mengubah struktur pengelolaan pendanaan. Itu dilakukan dengan menurunkan porsi funding yang besar yang biayanya mahal dengan yang berukuran sedang.
Selain itu, BTN memiliki mesin pendanaan baru melalui produk BTN Prospera. Produk asset under management dengan nilai simpanan Rp 100 juta hingga Rp 500 juta ini mengincar segmen orang kaya baru atau kelas menengah. Nixon mengatakan sejak peluncurannya pada Maret lalu, produk ini sudah bertumbuh 20%.
Seperti diberitakan sebelumnya, BTN mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,5 triliun, hanya naik 1,89% secara tahunan atau year on year (yoy) dari setahun sebelumnya sebesar Rp1,47 triliun.
Perolehan laba itu ditopang oleh penyaluran kredit dan pembiayaan yang mencapai sekitar Rp352,06 triliun sepanjang semester I-2024. Perolehan itu tumbuh 14,4% yoy, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp307,66 triliun.
(fsd/fsd) Next Article BI Rate Naik, Kabar Baik Buat Pemilik KPR Ini