
Lima Tahun Agresif Holdingisasi, Begini Rapor Laba BUMN

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pembentukan holding badan usaha milik negara (BUMN) diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kapabilitas perusahaan pelat merah. Dalam lima tahun terakhir, pemerintah terbilang agresif melakukan aksi korporasi tersebut.
Dari sekitar 10 holding BUMN yang sudah berdiri, beberapa memiliki kinerja yang relatif cukup baik. Holding semen, pertambangan, migas serta ultra mikro adalah beberapa contoh yang berkinerja positif.
Memang sejumlah holding masih memiliki pekerjaan rumah untuk memperbaiki kinerja. Akan tetapi secara keseluruhan kinerja perusahaan pelat merah telah mencetak rekor.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat perolehan laba perusahaan pelat merah sebesar Rp 327 triliun pada akhir tahun 2023. Jumlah itu melejit Rp 202,01 triliun dari tahun 2019, di mana laba perusahaan pelat merah tercatat sebesar Rp 124,99 triliun.
Peningkatan laba BUMN terutama ditopang oleh membaiknya harga komoditas dunia dan juga pemulihan krisis pandemi Covid-19.
Sementara dari sisi organisasi, terjadi perampingan jumlah BUMN. Dari 108 BUMN pada tahun 2020, pada 2023 berkurang menjadi 65 perusahaan. Pengurangan ini sebagian besar karena perubahan status menjadi anak BUMN setelah bergabung dengan holding, proses merger, serta likuidasi BUMN.
Dalam catatan ²©²ÊÍøÕ¾, dari 10 BUMN dengan laba tertinggi selama lima tahun terakhir, lebih dari separuhnya memiliki jejak dalam aksi holdingisasi dan merger.
Lantas, perusahaan pelat merah mana saja yang paling moncer dalam lima tahun terakhir saat Kementerian BUMN aktif melakukan holdingisasi dan merger? Berikut daftarnya:
1. PT Pertamina (Persero)
2019: Rp35,8 triliun
2020: Rp15,62 triliun
2021: Rp29,3 triliun
2022: Rp56,6 triliun
2023: Rp72,77 triliun
Total: Rp210,09 triliun
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)
2019: Rp34,41 triliun
2020: Rp18,66 triliun
2021: Rp30,75 triliun
2022: Rp51,40 triliun
2023: Rp60,43 triliun
Total: Rp195,6 triliun
3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI)
2019: Rp27,5 triliun
2020: Rp17,1 triliun
2021: Rp28,03 triliun
2022: Rp41,2 triliun
2023: Rp55,1 triliun
Total: Rp168,93 triliun
4. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
2019: Rp18,66 triliun
2020: Rp20,8 triliun
2021: Rp24,76 triliun
2022: Rp20,75 triliun
2023: Rp24,6 triliun
Total: Rp109,4 triliun
5. PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID)
2019: Rp24,54 miliar
2020: Rp1,82 triliun
2021: Rp14,32 triliun
2022: Rp22,5 triliun
2023: Rp27,5 triliun
Total: Rp90,62 triliun
6. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI)
2019: Rp15,38 triliun
2020: Rp3,28 triliun
2021: Rp10,89 triliun
2022: Rp18,31 triliun
2023: Rp20,9 triliun
Total: Rp68,76 triliun
7. PT PLN (Persero)
2019: Rp4,32 triliun
2020: Rp5,95 triliun
2021: Rp13,17 triliun
2022: Rp14,41 triliun
2023: Rp22,07 triliun
Total: Rp59,92 triliun
8. PT Pupuk Indonesia (Persero)
2019: Rp3,71 triliun
2020: Rp2,32 triliun
2021: Rp5,13 triliun
2022: Rp18,51 triliun
2023: Rp6,25 triliun
Total: Rp35,92 triliun
9. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)
2019: Rp2,21 triliun
2020: Rp501,1 miliar
2021: Rp1,61 triliun
2022: Rp2,75 triliun
2023: Rp6,8 triliun
Total: Rp13,87 triliun
10. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR)
2019: Rp2,39 triliun
2020: Rp2,79 triliun
2021: Rp2,04 triliun
2022: Rp2,36 triliun
2023: Rp2,17 triliun
Total: Rp11,75 triliun
(mkh/mkh) Next Article Holdingisasi Bikin Kontribusi BUMN ke Negara Makin Besar
