²©²ÊÍøÕ¾

Jelang Lapkeu, Saham Emiten Ini Diburu Investor Asing!

dpu, ²©²ÊÍøÕ¾
22 October 2024 16:09
Ilustrasi Bursa (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (²©²ÊÍøÕ¾/Andrean Kristianto)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Saham emiten menara telekomunikasi milik Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel ramai diborong investor asing (net foreign buy) dalam sepekan dan sebulan terakhir seiring dengan ekspektasi positif kinerja keuangan di kuartal III-2024.

Seperti diketahui, emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk MTEL, dijadwalkan akan serentak merilis laporan keuangan kuartal III atau Q3-2024 pada akhir bulan ini.

Berdasarkan data BEI, saham MTEL mulai dibeli asing dalam sepekan terakhir sebesar Rp 13 miliar dan sebulan terakhir net buy asing Rp 53 miliar di semua pasar. Jika ditarik ke periode tiga bulan, saham MTEL juga membukukan net buy senilai Rp 74 miliar .

Berdasarkan konsensus yang dirangkum Bloomberg, terdapat 26 analis yang melakukan riset terhadap saham Mitratel. Dari kumpulan riset itu, mayoritas analis merekomendasikan saham MTEL dengan buy ratio 92%. Sementara itu, buy ratio untuk saham TBIG dan TOWR masing-masing 33,3% dan 75,9% per Jumat, 18 Oktober 2024.

Sejumlah rekomendasi buy untuk MTEL datang dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia dengan target harga Rp 790/saham dan Sinarmas Sekuritas yang target harganya dikerek naik dari Rp 845 menjadi Rp 860/saham. Kenaikan target harga juga ditetapkan oleh analis Trimegah Sekuritas menjadi Rp 720 per saham.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Jonghoon Wo, dalam riset terakhirnya mengatakan MTEL ke depan akan terus mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi, terutama didorong lini bisnis kabel optik.

MTEL juga memiliki ketergantungan pendapatan terendah pada XL dan Smartfren (FREN) di antara perusahaan sejenis, yakni di bawah 15%, sehingga apapun yang berkaitan dengan dua emiten telco itu dampaknya terhadap kinerja akan minimal.

Berkaca dari konsolidasi perusahaan operator telekomunikasi sebelumnya, entitas hasil merger akan meninjau ulang sewa menara dan fiber sejalan dengan penyatuan aset dan bisnis. Terutama yang berada satu lokasi atau cenderung berdekatan.

Tapi, di sisi lain, entitas hasil merger akan tetap ekspansi ke sejumlah daerah yang penetrasi pasarnya masih terbilang rendah. Mereka bakal terus memperluas jangkauan untuk menggarap potensi pasar di wilayah lain yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Pada konteks ini, MTEL berpotensi menangguk untung paling besar karena memiliki jaringan infrastruktur telekomunikasi paling merata di Indonesia. Dari 38,581 menara MTEL per akhir Juni 2024, sebanyak 15,974 menara atau setara 41% berlokasi di pulau jawa. Sementara 22,607 menara sisanya, atau setara 59%, berada di luar Pulau Jawa. Dengan penguasaan pasar yang dominan di luar Pulau Jawa itu, MTEL diyakini bakal menjadi partner strategis sejumlah operator telekomunikasi untuk ekspansi.

Katalis positif lainnya datang dari penurunan suku bunga acuan yang diperkirakan bakal terjadi lagi pada semester kedua tahun ini. Perubahan suku bunga akan berdampak pada biaya pinjaman. Sementara itu, MTEL membukukan rasio utang paling rendah dibandingkan pemain lainnya, sehingga memiliki ruang untuk menarik pinjaman apabila ingin melakukan ekspansi.

"Penurunan suku bunga juga diperkirakan akan terjadi pada semester kedua 2024, dan hal ini akan berdampak positif terhadap penilaian sektor ini secara keseluruhan," tulis Jonghoon.

Per semester I-2024, pendapatan MTEL naik 7,8% year on year menjadi Rp 4,45 triliun dari Juni tahun lalu Rp 4,13 triliun. Laba bersih anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) pun naik 4% YoY dalam 6 bulan menjadi Rp 1,06 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,02 triliun.

Pendapatan terbesar atau 93% disumbang pendapatan sewa menara menara sebesar Rp 4,12 triliun, atau naik 7,6% dari tahun sebelumnya Rp 3,83 triliun. Berikutnya, pendapatan dari bisnis konstruksi juga naik 3% menjadi Rp 304,12 miliar dari sebelumnya Rp 295,81 miliar, dan sisanya pendapatan jasa dan sewa listrik Rp 24,63 miliar.


(dpu/dpu) Next Article Mitratel (MTEL) Gak Takut Starlink, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular