²©²ÊÍøÕ¾

Orang Kaya Bisa Makin Susah Bayar Cicilan Mobil

Mentari Puspadini, ²©²ÊÍøÕ¾
24 April 2025 20:20
Divisi motorsport Subaru, Subaru Tecnica International (STI) resmi hadir di Indonesia. Subaru Corporation Japan dan Subaru Tecnica International (STI) bersama Subaru Indonesia hari ini resmi memperkenalkan Subaru Tecnica International di Indonesia pada gelaran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, Kamis (13/2/2025). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)
Foto: Divisi motorsport Subaru, Subaru Tecnica International (STI) resmi hadir di Indonesia. Subaru Corporation Japan dan Subaru Tecnica International (STI) bersama Subaru Indonesia hari ini resmi memperkenalkan Subaru Tecnica International di Indonesia pada gelaran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, Kamis (13/2/2025). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â â€” Naiknya rasio pembiayaan bermasalah atau nonperforming financing (NPF) di industri multifinance menandakan kondisi ekonomi masyarakat yang kian terhimpit sehingga membuat kesulitan membayar tagihan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPF Multifinance merangkak naik mencapai 2,87% menjelang bulan Ramadan. Angka ini naik secara tahunan, dimana NPF Gross multifinance tercatat sebesar 2,55% per Februari 2024.

Rasio kredit multifinance yang macet di bulan Februari ini juga lebih besar dibanding NPF gross multifinance per Desember 2023 yang sebesar 2,44% dan Desember 2024 sebesar 2,7%.

Pengamat multifinance Jodjana Jody mengatakan kenaikan penyaluran kredit perusahaan pembiayaan (PP) di awal kuartal I-2024 ini didorong oleh tren musiman, dimana kebutuhan masyarakat akan meningkat menjelang hari raya. Namun, tren ini disebut tak berlangsung lama.

"Biasanya setelah lebaran daya beli lemah plus tantangan ekonomi makin besar karena ancaman ekspor (efek tarif Trump) yang akan terganggu," ungkap Jody kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Kamis, (24/4/2025).

Mempertimbangkan situasi ekonomi ke depan dengan ancaman geopolitiknya, Jody memprediksi konsumen akan semakin menahan konsumsi. Ia pun khawatir, risiko kredit bermasalah ini akan menyebar dari masyarakat kelas menengah ke kelas atas.

"Jadi yang sebelumnya karena weak purchasing power dan efek ke low and medium class, sekarang juga potensi merambat ke kelas atas," kata Jody.

Di sisi lain, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, masyarakat cenderung menahan konsumsi termasuk pembayaran multifinance di bulan Februari 2025. Hal ini digambarkan dari data indeks keyakinan konsumen yang menurun.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga disebut menjadi salah satu penyumbang naiknya kredit bermasalah multifinance. Hal ini mendorong banyak masyarakat yang sulit membayar tagihannya.

"Terkait dengan NPF Februari 2024 yang lebih rendah dibandingkan bulan Februari 2025, saya menduga karena banyaknya PHK yang menyebabkan kemampuan bayar seseorang turun," tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Modal Ventura, lembaga keuangan mikro, dan lembaga jasa keuangan lainnya OJK Agusman mengatakan bahwa pertumbuhan pembiayaan multifinance per Februari 2025 mencapai 5,92% yoy menjadi Rp 507,2 triliun.


(mkh/mkh) Next Article MPMX Buka Suara Soal Tutup Segmen Bisnis Corporate Finance

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular