²©²ÊÍøÕ¾

InvesTime

Hati-hati Beli Saham IPO, Begini Tipsnya buat Pemula

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
02 September 2021 18:25
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Senin (19/7/2021) (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat setidaknya ada 10 calon emiten yang siap melantai di bursa saham sepanjang September 2021.

Tentu emiten yang melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) tersebut menjadi incaran banyak investor karena mengharapkan return yang tinggi atas saham tersebut.

Analis PT Indo Premier Sekuritas, Mino, mengatakan calon investor harus paham beberapa 'jurus' sebelum membeli saham IPO yang berpeluang mengalami kenaikan dan bisa memberikan cuan.

"Untuk memperoleh saham seperti itu (yang high return), tentunya investor harus mengenali dulu karakteristik saham-saham IPO yang selama ini selalu mencatatkan kenaikan signifikan di awal-awal IPO," ujar Mino dalam program Investime ²©²ÊÍøÕ¾ pada Selasa (31/8/2021).

Mino menyarankan investor untuk melihat dan memperhatikan ciri-ciri saham IPO yang akan dibeli. Hal pertama adalah memperhatikan kemungkinan potensi saham IPO naik cukup tinggi di awal. Ini adalah salah satu ciri yang paling signifikan terkait jumlah saham yang di-IPO-kan.

"Jadi kalau semakin sedikit jumlah saham yang di-IPO-kan [porsi saham publik yang dijual emiten], semakin cenderung memiliki kenaikan yang cukup signifikan dan bahkan biasanya bertahan cukup lama," katanya.

"Selain itu, untuk saham-saham seperti itu biasanya nanti akan diikuti oleh aksi korporasi yang lain. Jadi di awal itu hanya semacam strategi IPO jadi hanya semacam langkah formal untuk melakukan langkah selanjutnya. Ini biasanya diikuti oleh kenaikan yang cukup signifikan," tambahnya.

Mino juga menambahkan investor harus melihat dari jenis perusahaan. Menurutnya, saham-saham yang IPO dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan selama ini bukan datang dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Saham BUMN jarang sekali mengalami kenaikan yang cukup signifikan di awal-awal IPO," jelasnya.

Terakhir, investor juga bisa membaca prospektus calon emiten yang ingin IPO supaya tak salah pilih. Setidaknya ada beberapa poin yang bisa diperhatikan sebagai pertimbangan membeli saham IPO.

"Kalau membaca prospektus, paling penting diperhatikan adalah terkait dengan laporan keuangannya, walaupun biasanya laporan keuangannya cukup terbatas, rata-rata history hanya 2-3 tahun," jelasnya.

"Memang itu agak susah, tetapi yang perlu diperhatikan hal mudahnya adalah apakah pendapatan atau laba bersih dari, misal, perseroan itu terus bertumbuh. Itu salah satu indikator yang paling perlu diperhatikan untuk divisi laporan keuangannya," pungkasnya.

BEI mencatat, setidaknya ada 10 calon emiten, mayoritas bergerak di sektor transportasi dan logistik, teknologi, serta industri dasar.

Mereka adalah PT Hasnur Internasional Shipping Tbk (HAIS) (listing 1 September lalu), PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL), PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT), PT Indo Oil Perkasa Tbk (OILS), PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO), PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), PT GTS Internasional Tbk (GTSI), PT Global Sukses Solusi Tbk (RUNS), dan PT Idea Indonesia Akademi Tbk (IDEA).


(tas/tas) Next Article Ini Alasan Kenapa Saham IPO Sering Meroket, Lalu Nyungsep!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular