վ

Internasional

Arab Desak Negara Penghasil Minyak Perpanjang Kerja Sama

Ester Christine Natalia, վ
22 January 2018 13:42
Arab ingin kerja sama dengan negara penghasil minyak diteruskan hingga setelah tahun 2018
Foto: վ
  • Menteri Energi Arab Saudi mengatakan perpanjangan kerja sama bisa menjadi bentuk kesepakatan baru ketimbang melanjutkan pemotongan pasokan yang telah menaikkan harga beberapa bulan terakhir
  • Untuk pertama kalinya, Arab Saudi secara publik membuka kemungkinan yang lebih besar bagi bentuk kerjasama baru di antara negara penghasil minyak setelah 2018

Jakarta, վ – Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mendesak negara-negara penghasil minyak global pada hari Minggu (21/1/2018) untuk memperpanjang kerjasama.

Ia mengatakan tawaran ini bisa menjadi bentuk alternatif kesepakatan baru daripada melanjutkan pemotongan pasokan yang telah menaikkan harga beberapa bulan terakhir.

Untuk pertama kalinya, Arab secara publik membuka kemungkinan yang lebih besar untuk bentuk kerjasama baru di antara negara penghasil minyak hingga setelah tahun 2018. Kesepakatan negara-negara penghasil minyak untuk memangkas pasokan, yang dimulai Januari tahun lalu, akan berakhir pada bulan Desember tahun ini.

Khalid al-Falih mengatakan memperpanjang kerjasama akan meyakinkan dunia bahwa koordinasi antarprodusen akan “tetap bertahan”, ungkapnya kepada wartawan setelah rapat dengan komite kementerian gabungan yang mengawasi implementasi pengurangan pasokan minyak tersebut.

“Kita seharusnya tidak membatasi kerja sama [hanya] hingga 2018. Kita perlu membahas rancangan kerjasama yang lebih panjang,” kata Falih, seperti dilansir dari վ Internasional. “Saya berbicara tentang memperpanjang rencana kerja yang sudah kita mulai, yaitu deklarasi kerjasama hingga setelah 2018.”

“Hal ini bukan berarti menyesuaikan tiap barel dengan batasan atau pemotongan yang sama, atau target produksi tiap negara yang disepakati tahun 2016, tetapi meyakinkan pemegang saham, investor, konsumen dan komunitas global bahwa ini adalah sesuatu yang akan bertahan. Kita akan bekerja bersama,” ujarnya.

Falih mengatakan ekonomi global telah menguat sementara pemotongan pasokan, yang beban terbesarnya selama ini ditanggung oleh Arab, telah menyusutkan simpanan minyak di seluruh dunia. Alhasil, pasar minyak akan kembali seimbang tahun 2018, katanya.

Namun, ia berkata produsen tetap harus bekerja keras ke depan untuk mengembalikan kestabilan pasar, yang nampaknya tidak akan mencapai keseimbangan pada pertengahan tahun ini.

Falih beserta para menteri energi dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Oman memahami bahwa kenaikan harga minyak Brent mencapai sekitar $70 atau senilai Rp 934,010 per barel beberapa minggu terakhir dapat menyebabkan peningkatan pasokan shale oil dari Amerika Serikat (AS).

Namun, Falih dan Suhail al-Mazroui, Menteri Energi (UEA), berpendapat kenaikan harga tersebut tidak akan mengurangi permintaan global terhadap minyak.

Bakheet al-Rashidi, Menteri Minyak Kuwait, mengatakan diskusi apapun di antara produsen tentang masa depan kesepakatan pemotongan pasokan tidak akan terjadi hari itu, namun diharapkan akan terjadi pada pertemuan lanjutan di bulan Juni.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain yang dipimpin Rusia dijadwalkan akan mendiskusikan kebijakan minyak bulan Juni.

Mohammed bin Hamad al-Rumhi, Menteri Minyak Oman, mengatakan produsen akan berdiskusi di bulan November untuk memutuskan memperbaharui kesepakatan pasokan atau membuat kesepakatan baru. Oman akan mendukung kesepakatan baru, katanya tanpa memberikan penjelasan lebih lengkap soal itu.
(prm) Next Article Pertemuan OPEC di Wina Akan Tentukan Produksi Minyak Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular