
Perekonomian Vietnam Diprediksi Susul Indonesia 3 Tahun Lagi
Ester Christine Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
15 February 2018 16:42

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â - Perekonomian Vietnam yang terus tumbuh membuat negara tersebut diprediksi akan menyusul Indonesia dalam jangka waktu tiga sampai lima tahun mendatang.
Ibnu Hadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, mengungkapkan prediksi tersebut sembari menghimbau agar tidak memandang negara tetangga di Asia Tenggara itu dengan sebelah mata.
"Kalau kita nggak hati-hati dengan pertumbuhan ekonomi, bisa-bisa, mungkin nggak sampai lima tahun ya, tiga tahun [sampai] lima tahun mungkin sudah menyusul Indonesia. Sekarang ini mungkin sudah hampir sama," kata Ibnu saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Kamis (15/2/2018).
Ia mengatakan perekonomian Vietnam tumbuh cukup pesat karena negara itu sekarang menjadi salah satu magnet untuk komoditas, investasi dan pariwisata.
Pada tahun 2017, Vietnam mencatat penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) senilai US$35,9 miliar (Rp 486,7 triliun), menurut data yang dikutip oleh pihak Kedubes RI di Vietnam. Jumlah FDI Vietnam memang lebih rendah daripada Indonesia yang mencatat investasi asing mencapai US$42,5 miliar tahun lalu. Namun, tren investasi asing di Vietnam secara konsisten lebih tinggi daripada Indonesia sejak tahun 2012.
Dalam hal peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EoDB) di tingkat Internasional, Vietnam berada di posisi 68, lebih tinggi daripada Indonesia yang menempati posisi ke-72.
Ibnu mengungkapkan hal tersebut terjadi karena ongkos produksi Vietnam relatif lebih rendah daripada Indonesia di beberapa indikator. Di antaranya adalah upah buruh yang lebih rendah, utilitas, serta proses perijinan yang lebih mudah.
"Kalau masuk ke kawasan industri, orangnya [pelaku usaha] malah nggak perlu ke BKPM [badan koordinasi penanaman modal] karena di kawasan industri semua sudah di-assist [dibantu]," kata Ibnu.
Faktor keamanan yang lebih stabil juga menjadi pendorong kemudahan berbisnis di negara tersebut. Hal lain yang membuat Indonesia berpotensi disaingi oleh Vietnam karena komoditas pertanian dan kelautan nasional cenderung kalah.
(roy/roy) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Vietnam Kuartal I Diperkirakan 7,38%
Ibnu Hadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, mengungkapkan prediksi tersebut sembari menghimbau agar tidak memandang negara tetangga di Asia Tenggara itu dengan sebelah mata.
"Kalau kita nggak hati-hati dengan pertumbuhan ekonomi, bisa-bisa, mungkin nggak sampai lima tahun ya, tiga tahun [sampai] lima tahun mungkin sudah menyusul Indonesia. Sekarang ini mungkin sudah hampir sama," kata Ibnu saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Kamis (15/2/2018).
Dalam hal peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EoDB) di tingkat Internasional, Vietnam berada di posisi 68, lebih tinggi daripada Indonesia yang menempati posisi ke-72.
Ibnu mengungkapkan hal tersebut terjadi karena ongkos produksi Vietnam relatif lebih rendah daripada Indonesia di beberapa indikator. Di antaranya adalah upah buruh yang lebih rendah, utilitas, serta proses perijinan yang lebih mudah.
"Kalau masuk ke kawasan industri, orangnya [pelaku usaha] malah nggak perlu ke BKPM [badan koordinasi penanaman modal] karena di kawasan industri semua sudah di-assist [dibantu]," kata Ibnu.
Faktor keamanan yang lebih stabil juga menjadi pendorong kemudahan berbisnis di negara tersebut. Hal lain yang membuat Indonesia berpotensi disaingi oleh Vietnam karena komoditas pertanian dan kelautan nasional cenderung kalah.
Ibnu memberi contoh ekspor udang Vietnam yang mencapai US$3,8 miliar tahun lalu, melampaui Indonesia sebesar US$ 1,8 miliar. "Padahal tahun 2016, Indonesia lebih tinggi daripada Vietnam," katanya, menambahkan bahwa Indonesia kalah di ekspor ikan, udang, kopi dan lada.
Ibnu mengungkapkan bahwa harus diakui produksi kopi Indonesia kalah dari Vietnam, yang kini sudah menjadi eksportir kopi terbesar nomor dua di dunia sementara Indonesia ada di posisi keempat. Vietnam memproduksi 2,5 ton kopi per hektar karena didukung sistem pertanian yang maju, sementara Indonesia hanya menghasilkan 700 ribu kilogram per hektar.
Indonesia masih lebih unggul sebagai eksportir karet terbesar nomor dua di dunia setelah Thailand, tetapi Vietnam berada tepat di belakang Indonesia dan berpotensi menggeser posisinya.
Oleh karena itu, Ibnu berharap pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi bersifat stakeholder dari organisasi pengusaha ke Vietnam untuk menjalin kerjasama di tengah kompetisi bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini.
Ia juga berharap pemerintah mulai memikirkan negara-negara yang lebih maju daripada Indonesia. "Indonesia memang maju, tapi [negara] yang lain lebih maju lagi," katanya.
Ibnu mengungkapkan bahwa harus diakui produksi kopi Indonesia kalah dari Vietnam, yang kini sudah menjadi eksportir kopi terbesar nomor dua di dunia sementara Indonesia ada di posisi keempat. Vietnam memproduksi 2,5 ton kopi per hektar karena didukung sistem pertanian yang maju, sementara Indonesia hanya menghasilkan 700 ribu kilogram per hektar.
Indonesia masih lebih unggul sebagai eksportir karet terbesar nomor dua di dunia setelah Thailand, tetapi Vietnam berada tepat di belakang Indonesia dan berpotensi menggeser posisinya.
Oleh karena itu, Ibnu berharap pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi bersifat stakeholder dari organisasi pengusaha ke Vietnam untuk menjalin kerjasama di tengah kompetisi bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini.
Ia juga berharap pemerintah mulai memikirkan negara-negara yang lebih maju daripada Indonesia. "Indonesia memang maju, tapi [negara] yang lain lebih maju lagi," katanya.
(roy/roy) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Vietnam Kuartal I Diperkirakan 7,38%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular