
Konsumsi Turun 50%, Bensin Premium Bakal Hilang di Jakarta?
Gustidha Budiartie, ²©²ÊÍøÕ¾
02 April 2018 15:41

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Realisasi penyaluran bensin jenis premium di kuartal I 2018 turun sebanyak 50% dibanding periode serupa tahun lalu. Menurut Pertamina, rendahnya penyaluran ini disebabkan konsumsi masyarakat yang mulai beralih ke bensin oktan tinggi.
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi memaparkan selain karena konsumsi masyakarat yang mulai beralih, realisasi penyaluran juga lebih rendah karena pengusaha lebih menyukai untuk menyediakan pertalite di pom bensin.
"Lebih nyaman jualan pertalite. Lagipula di Jamali (Jawa, Madura, Bali) bensin premium kan tidak wajib, bukan bensin subsidi lagi," ujar Eri ketika dihubungi ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (2/4/2018).
Eri juga menuturkan rendahnya penyaluran bensin premium ini sebenarnya kabar baik buat pemerintah maupun pengusaha. Dari sisi pengusaha karena margin lebih besar, dari sisi pemerintah dampaknya ke Pertamina yang tidak akan menanggung beban begitu besar.
Sebelumnya Pertamina mengklaim menanggung beban hingga Rp 3,9 triliun akibat penjualan premium dan solar yang tidak sesuai harga keekonomian.
Soal konsumsi premium ini, Eri mengaku juga pernah membahasnya dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ketika menggelar musyawarah nasional Hiswana DKI Jakarta awal Maret lalu. "Pak Sandi sangat setuju DKI Jakarta gak cocok minum premium," kata Ery.
Menurut cerita Eri, Sandi prihati karena konsumsi premium di DKI Jakarta lebih tinggi dibanding Bekasi. Jika di Bekasi porsi bensin premium hanya tersisa 15%, di DKI Jakarta bisa mencapai 30%.
Hiswana, kata Eri, untuk mendukung penurunan konsumsi premium juga akan menandatangani nota kesepahaman yang bertajuk "Langit Biru Jakarta". Dengan nota kesepahaman ini, baik pengusaha maupun pemerintah DKI Jakarta berkomitmen mendukung penggunaan bensin di atas RON 88. "Langit biru karena untuk energi yang lebih bersih."
(gus/gus) Next Article Realisasi Penyaluran Bensin Premium Turun 50%
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi memaparkan selain karena konsumsi masyakarat yang mulai beralih, realisasi penyaluran juga lebih rendah karena pengusaha lebih menyukai untuk menyediakan pertalite di pom bensin.
Eri juga menuturkan rendahnya penyaluran bensin premium ini sebenarnya kabar baik buat pemerintah maupun pengusaha. Dari sisi pengusaha karena margin lebih besar, dari sisi pemerintah dampaknya ke Pertamina yang tidak akan menanggung beban begitu besar.
Sebelumnya Pertamina mengklaim menanggung beban hingga Rp 3,9 triliun akibat penjualan premium dan solar yang tidak sesuai harga keekonomian.
Soal konsumsi premium ini, Eri mengaku juga pernah membahasnya dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ketika menggelar musyawarah nasional Hiswana DKI Jakarta awal Maret lalu. "Pak Sandi sangat setuju DKI Jakarta gak cocok minum premium," kata Ery.
Menurut cerita Eri, Sandi prihati karena konsumsi premium di DKI Jakarta lebih tinggi dibanding Bekasi. Jika di Bekasi porsi bensin premium hanya tersisa 15%, di DKI Jakarta bisa mencapai 30%.
Hiswana, kata Eri, untuk mendukung penurunan konsumsi premium juga akan menandatangani nota kesepahaman yang bertajuk "Langit Biru Jakarta". Dengan nota kesepahaman ini, baik pengusaha maupun pemerintah DKI Jakarta berkomitmen mendukung penggunaan bensin di atas RON 88. "Langit biru karena untuk energi yang lebih bersih."
(gus/gus) Next Article Realisasi Penyaluran Bensin Premium Turun 50%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular