Internasional
Mahathir: Proyek Kereta Cepat Ditunda, Bukan Dibatalkan
Rehia Sebayang, ²©²ÊÍøÕ¾
13 June 2018 17:03

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan proyek kereta cepat (High-Speed Rail/ HSR) yang menghubungkan Kuala Lumpur dan Singapura 'ditunda', dan bukannya dibatalkan.
Mahathir mengatakan kepada Nikkei Asian Review pada hari Senin (11/6/2018) bahwa HSR untuk sementara ditangguhkan karena biayanya tinggi. Hal itu disampaikan saat ia berada di Jepang untuk melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak koalisi Pakatan Harapan-nya memenangkan pemilihan umum bulan lalu.
Dia menegaskan kembali pada konferensi pers di Tokyo untuk media Malaysia hari Selasa (12/6/2018) bahwa pemerintahan barunya perlu mempelajari proyek kereta bernilai miliaran dolar itu.
"Di satu sisi, proyek ini ditunda. Saat ini kita perlu mempelajarinya kembali dan jika kita kekurangan dana, kita dapat menunda pelaksanaan proyek atau mengurangi ruang lingkup proyek," katanya, dilansir dari The Straits Times.
Pernyataan itu disampaikan kurang dari dua minggu setelah Malaysia mengumumkan pembatalan proyek HSR senilai RM72 miliar atau sekitar Rp 252,1 triliun karena Negeri Jiran itu sedang berhemat dan berupaya memangkas utang federal sebesar RM1 triliun.
Mahathir kemudian mengatakan kereta cepat dan megaproyek lainnya yang ditandatangani oleh pemerintahan sebelumnya akan ditinjau kembali setelah keuangan Malaysia membaik.
Dalam wawancara dengan Nikkei, Mahathir mengakui perlunya kereta berkecepatan tinggi di masa depan tetapi mengatakan Malaysia "tidak mampu membelinya saat ini".
"Kami tidak dapat mengatakan kami tidak akan pernah memiliki kereta berkecepatan tinggi di Malaysia," katanya kepada media Jepang itu.
Kesepakatan HSR ditandatangani oleh Malaysia dan Singapura pada bulan Desember tahun 2016, di mana jalur kereta sepanjang 350 km itu dijadwalkan beroperasi pada bulan Desember 2026. Bila sudah beroperasi, jalur kereta ini akan memotong waktu perjalanan antara Singapura dan Kuala Lumpur menjadi 90 menit, dari empat jam dengan mengendarai mobil saat ini.
Jalur itu memiliki delapan stasiun, salah satunya ada di Jurong Timur Singapura.
Menteri Transportasi Singapura Khaw Boon Wan, dalam sebuah pernyataan pada tanggal 1 Juni, mengatakan negaranya telah "meminta pemerintah Malaysia untuk memperjelas posisi Malaysia pada proyek tersebut melalui saluran diplomatik".
Khaw mengatakan jika Malaysia membatalkan proyek, Singapura akan mempelajari implikasinya dan meminta haknya, termasuk hak atas kompensasi untuk biaya, sesuai dengan ketentuan perjanjian bilateral yang ditandatangani pada tahun 2016.
Sebelumnya Malaysia mengindikasikan akan ada pembayaran kompensasi sebesar RM500 juta jika perjanjian dibatalkan.
Khaw, yang juga merupakan Menteri Koordinator Infrastruktur, menambahkan: "Singapura terus mendukung proyek HSR dan untuk memenuhi semua kewajibannya berdasarkan perjanjian."
Malaysia telah mengatakan bahwa Mahathir akan secara pribadi menangani negosiasi dengan Singapura, dan negara tidak sepenuhnya menutup pintu atas rencana pembangunan jalur kereta itu.
Mahathir bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe hari Selasa dan mengatakan Malaysia telah meminta pinjaman dalam mata uang yen dari pemerintah Jepang sebagai bagian dari langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah utangnya. Jepang telah setuju untuk mempelajari permintaan Malaysia untuk pinjaman kecil, kata Mahathir namun jumlah pinjaman tidak dibahas.
(prm) Next Article Kereta Cepat Ditunda, Mahathir Akan Bicara dengan Singapura
Mahathir mengatakan kepada Nikkei Asian Review pada hari Senin (11/6/2018) bahwa HSR untuk sementara ditangguhkan karena biayanya tinggi. Hal itu disampaikan saat ia berada di Jepang untuk melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak koalisi Pakatan Harapan-nya memenangkan pemilihan umum bulan lalu.
Dia menegaskan kembali pada konferensi pers di Tokyo untuk media Malaysia hari Selasa (12/6/2018) bahwa pemerintahan barunya perlu mempelajari proyek kereta bernilai miliaran dolar itu.
Pernyataan itu disampaikan kurang dari dua minggu setelah Malaysia mengumumkan pembatalan proyek HSR senilai RM72 miliar atau sekitar Rp 252,1 triliun karena Negeri Jiran itu sedang berhemat dan berupaya memangkas utang federal sebesar RM1 triliun.
Mahathir kemudian mengatakan kereta cepat dan megaproyek lainnya yang ditandatangani oleh pemerintahan sebelumnya akan ditinjau kembali setelah keuangan Malaysia membaik.
Dalam wawancara dengan Nikkei, Mahathir mengakui perlunya kereta berkecepatan tinggi di masa depan tetapi mengatakan Malaysia "tidak mampu membelinya saat ini".
"Kami tidak dapat mengatakan kami tidak akan pernah memiliki kereta berkecepatan tinggi di Malaysia," katanya kepada media Jepang itu.
Kesepakatan HSR ditandatangani oleh Malaysia dan Singapura pada bulan Desember tahun 2016, di mana jalur kereta sepanjang 350 km itu dijadwalkan beroperasi pada bulan Desember 2026. Bila sudah beroperasi, jalur kereta ini akan memotong waktu perjalanan antara Singapura dan Kuala Lumpur menjadi 90 menit, dari empat jam dengan mengendarai mobil saat ini.
Jalur itu memiliki delapan stasiun, salah satunya ada di Jurong Timur Singapura.
Menteri Transportasi Singapura Khaw Boon Wan, dalam sebuah pernyataan pada tanggal 1 Juni, mengatakan negaranya telah "meminta pemerintah Malaysia untuk memperjelas posisi Malaysia pada proyek tersebut melalui saluran diplomatik".
Khaw mengatakan jika Malaysia membatalkan proyek, Singapura akan mempelajari implikasinya dan meminta haknya, termasuk hak atas kompensasi untuk biaya, sesuai dengan ketentuan perjanjian bilateral yang ditandatangani pada tahun 2016.
Sebelumnya Malaysia mengindikasikan akan ada pembayaran kompensasi sebesar RM500 juta jika perjanjian dibatalkan.
Khaw, yang juga merupakan Menteri Koordinator Infrastruktur, menambahkan: "Singapura terus mendukung proyek HSR dan untuk memenuhi semua kewajibannya berdasarkan perjanjian."
Malaysia telah mengatakan bahwa Mahathir akan secara pribadi menangani negosiasi dengan Singapura, dan negara tidak sepenuhnya menutup pintu atas rencana pembangunan jalur kereta itu.
Mahathir bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe hari Selasa dan mengatakan Malaysia telah meminta pinjaman dalam mata uang yen dari pemerintah Jepang sebagai bagian dari langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah utangnya. Jepang telah setuju untuk mempelajari permintaan Malaysia untuk pinjaman kecil, kata Mahathir namun jumlah pinjaman tidak dibahas.
(prm) Next Article Kereta Cepat Ditunda, Mahathir Akan Bicara dengan Singapura
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular