²©²ÊÍøÕ¾

Jangan Cemas! Dampak Perang Dagang ke RI Terbatas

Ester Christine Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
31 July 2018 17:36
Indonesia tidak mengekspor barang-barang berteknologi tinggi ke Negeri Paman Sam.
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang sedang berkecamuk diprediksi tidak memberi dampak berarti ke perekonomian Indonesia.

"Perang dagang akan memberi dampak yang terbatas bagi Indonesia," kata Kepala Ekonom UBS Edward Teather dalam telekonferensi dengan jurnalis hari Selasa (31/7/2018).

Teather menjelaskan sejauh ini AS menyasar produk-produk teknologi, seperti mesin cuci dan panel surya, untuk dikenakan bea masuk tambahan. Sementara, Indonesia tidak mengekspor barang-barang seperti itu ke Negeri Paman Sam.

Selain itu, perekonomian Indonesia yang relatif tertutup juga membuatnya tidak terlalu mudah terpengaruh oleh lesunya pertumbuhan di AS dan China. Ia justru memprediksi perang dagang akan berdampak cukup besar ke negara-negara ASEAN dengan perekonomian yang cenderung terbuka, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.


"Kami memprediksi penurunan [pertumbuhan] di Malaysia, Thailand, dan Singapura, sebagian diakibatkan oleh perang dagang. Namun, kami belum melihat [potensi dampak yang besar] akibat perang dagang di Indonesia," kata Teather.

UBS pun mengoreksi proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China di tahun 2019 menjadi 6,2% dari proyeksi sebelumnya 6,4%, sementara PDB AS di tahun yang sama diproyeksi tumbuh 2,8% atau turun dari proyeksi sebelumnya 3,2%.

Proyeksi pertumbuhan PDB Singapura, Malaysia, dan Thailand di tahun 2019 juga direvisi 0,5 sampai 1 poin persentase. Namun, dalam skenario perang dagang ekstrem, penurunan pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut bisa mencapai 2 poin persentase.

Untuk Indonesia sendiri, UBS memproyeksi pertumbuhan ekonomi yang stagnan di posisi 5,3% untuk tahun 2018 dan 2019. Prediksi tersebut sejalan dengan asumsi pemerintah yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2%-5,6% di tahun 2019.

Bagi negara-negara di ASEAN, dia mengidentifikasi empat hal yang dapat menjadi penyalur dampak negatif dari perang dagang AS-China ke dalam negeri, yaitu:

1. Dampak di ASEAN dari tarif yang AS kenakan secara global.
2. Berkurangnya permintaan agregat dari China, AS, dan negara lainnya akibat tarif yang melemahkan daya beli.
3. Perubahan daya saing.
4. Penyelarasan kembali investasi rantai pasokan guna menghindari batasan perdagangan.

"Kami yakin penyalur [dampak negatif] paling signifikan dalam jangka pendek adalah [berkurangnya] permintaan agregat," kata Teather, seraya menambahkan bahwa dampak negatif akan berlangsung dalam jangka panjang jika ancaman tarif terhadap produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.886 triliun) diberlakukan.
(prm) Next Article Ternyata Perang Dagang Juga Bisa Untungkan RI

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular