²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Jangan Berharap Banyak pada Perundingan Dagang AS-China

Bernhart Farras, ²©²ÊÍøÕ¾
20 August 2018 12:59
As dan China telah terbelit dalam saling balas bea masuk, dengan masing-masing negara telah menyasar berbagai produk senilai US$34 miliar (Rp 495 triliun).
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - China-Amerika Serikat (AS) akan mengadakan pertemuan minggu ini di Washington, AS untuk berdiskusi untuk mencoba menemukan kata sepakat dalam perang dagang mereka yang terus memanas. Tapi jangan berharap terobosan penting akan terjadi, kata pakar perdagangan internasional, Alex Capri.

Pasar mengamati dengan seksama pembicaraan perdagangan bilateral yang bertujuan untuk menyelesaikan perang bea masuk yang dapat mengacaukan kesleuruhan hubungan dagang antara dua perekonomian terbesar di dunia tersebut.

China dan AS menghadapi perbedaan pendapat yang substansial - terutama pada isu-isu yang berkaitan dengan "nasionalisme ekonomi" China, menurut Alex Capri seorang senior fellow di sekolah bisnis National University of Singapore.

"Hanya ada isu fundamental yang merupakan bagian dari ekonomi China: subsidi, transfer teknologi, perlindungan pasar lokal. Hal itu tidak akan hilang begitu saja, jadi tidak akan ada tawar-menawar yang signifikan [dari pembicaraan AS-China]," kata Capri, dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.


Kemungkinan hasil pembicaraan tingkat menengah ini adalah diskusi lebih lanjut tentang liberalisasi pasar di China, menurut Capri, yang memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam berbagai peran perdagangan termasuk memimpin praktik perdagangan Asia dan bea cukai di raksasa akuntansi KPMG.

Liberalisasi semacam itu dapat "sedikit membuka pintu" bagi perusahaan teknologi, seperti Google, yang baru-baru ini menyatakan minatnya untuk memperluas layanan perusahaan di China. Layanan mesin pencari raksasa teknologi AS itu masih diblokir oleh negara yang terkenal dengan kontrol informasinya tersebut.

Beijing dan Washington telah terbelit dalam saling balas bea masuk, dengan masing-masing negara telah menyasar berbagai produk senilai US$34 miliar (Rp 495 triliun) dan tarif impor terhadpa US$16 miliar lainnya dijadwalkan akan mulai berlaku pada 23 Agustus.

Presiden AS Donald Trump telah mengancam akan mengenakan bea masuk untuk hampir semua barang dengan lebih dari US$500 miliar dalam bentuk barang-barang Cina yang diekspor ke AS.

Sudah ada indikasi bahwa perang dagang antara China dan AS telah memukul negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.


(prm) Next Article Jika Perang Dagang adalah Mimpi Buruk, Corona adalah Neraka!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular