
Internasional
Putin Ingin Berdamai dengan Jepang Sebelum Akhir Tahun Ini
Ester Christine Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
12 September 2018 17:56

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Para pemimpin Jepang dan Rusia mengungkapkan keinginan mereka untuk mencapai perjanjian damai antara kedua negara, lebih dari 70 tahun setelah Perang Dunia II berakhir.
"Hubungan kami dengan Rusia memiliki potensi tidak terbatas," kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ketika berbicara di Eastern Economic Forum (EEF) di Vladivostok, Rusia, hari Rabu (12/9/2018), dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
"Selama lebih dari 70 tahun sejak akhir Perang Dunia II, Jepang dan Rusia belum menyimpulkan perjanjian damai antara keduanya. Baik [Presiden Vladimir] Putin dan saya setuju ini adalah sebuah hubungan yang tidak normal."
Perjanjian damai itu terkait perselisihan atas serangkaian pulau-pulau Pasifik sejak masa Perang Dunia II. Sejak itu, kedua negara belum menandatangani perjanjian damai apapun.
Putin, berbicara di acara yang sama, menyebut bahwa militer Rusia dan Jepang bekerja sama untuk pertama kalinya. Presiden Rusia itu mengatakan kepada Abe bahwa kedua negara harus menandatangani perjanjian damai tahun ini.
"Mari tanda tangani sebuah perjanjian damai sebelum akhir tahun ini, tanpa prasyarat," kata Putin kepada Abe di forum itu. Namun, Abe tidak memberi respons langsung.
Segera setelah pernyataan itu disampaikan, Kepala Juru Bicara Pemerintahan Jepang mengeluarkan pernyataan yang mengatakan tidak akan ada perubahan sikap Jepang dalam menyelesaikan masalah kepulauan di sebelah utara sebelum menandatangani kesepakatan dengan Rusia.
EEF adalah forum yang mencakup pembangunan ekonomi, kerja sama, dan proyek investasi di Asia Timur Laut. Ini adalah tahun keempat untuk acara yang sudah menarik lebih dari 6.000 peserta dari 60 negara itu.
Uni Soviet merebut kepulauan itu dari Jepang di akhir perang, dan sengketa masih sangat sengit sehingga menghambat kesepakatan damai di antara keduanya.
Di awal tahun 2018, Menteri Pertahanan Jepang meminta Rusia untuk mengurangi aktivitas militer di kepulauan itu setelah Moskow meningkatkan jumlah pasukannya di sana, serta mengerahkan pesawat tempur untuk merespons peluncuran sistem misil asal Amerika Serikat (AS) bernama Aegis yang dilakukan oleh Jepang.
Diskusi tentang penyelesaian sengketa terus berlanjut, meski terdapat pengerahan sistem misil terbaru Rusia ke kepulauan itu dan rencana-rencana pembangunan markas angkatan laut di sana.
Abe membicarakan kunjungan Putin ke kampung halamannya di Nagato, Jepang pada tahun 2016. Ketika itu, para pemimpin sepakat untuk meluncurkan layanan konsultasi untuk sistem aktivitas ekonomi gabungan di empat kepulauan sebelah utara, termasuk memperbolehkan warga bebas berkunjung ke pemakaman.
"Di Nagato kami juga sama-sama memiliki tekad yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan isu perjanjian damai. Janji-janji yang kami buat sekarang mulai dilakukan," kata Abe.
"Hubungan Jepang-Rusia melaju ke suatu titik yang tidak pernah terjadi sebelumnya."
(prm) Next Article Menangkan Pemilu Lagi, Jokowi Dapat Ucapan Selamat dari Putin
"Hubungan kami dengan Rusia memiliki potensi tidak terbatas," kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ketika berbicara di Eastern Economic Forum (EEF) di Vladivostok, Rusia, hari Rabu (12/9/2018), dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International.
"Selama lebih dari 70 tahun sejak akhir Perang Dunia II, Jepang dan Rusia belum menyimpulkan perjanjian damai antara keduanya. Baik [Presiden Vladimir] Putin dan saya setuju ini adalah sebuah hubungan yang tidak normal."
Putin, berbicara di acara yang sama, menyebut bahwa militer Rusia dan Jepang bekerja sama untuk pertama kalinya. Presiden Rusia itu mengatakan kepada Abe bahwa kedua negara harus menandatangani perjanjian damai tahun ini.
"Mari tanda tangani sebuah perjanjian damai sebelum akhir tahun ini, tanpa prasyarat," kata Putin kepada Abe di forum itu. Namun, Abe tidak memberi respons langsung.
Segera setelah pernyataan itu disampaikan, Kepala Juru Bicara Pemerintahan Jepang mengeluarkan pernyataan yang mengatakan tidak akan ada perubahan sikap Jepang dalam menyelesaikan masalah kepulauan di sebelah utara sebelum menandatangani kesepakatan dengan Rusia.
EEF adalah forum yang mencakup pembangunan ekonomi, kerja sama, dan proyek investasi di Asia Timur Laut. Ini adalah tahun keempat untuk acara yang sudah menarik lebih dari 6.000 peserta dari 60 negara itu.
![]() Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe |
Sengketa wilayah
Tensi sejarah antara kedua negara berpusat di sekitar Kepulauan Kuril, yang dikenal sebagai Wilayah Utara di Jepang.Uni Soviet merebut kepulauan itu dari Jepang di akhir perang, dan sengketa masih sangat sengit sehingga menghambat kesepakatan damai di antara keduanya.
Di awal tahun 2018, Menteri Pertahanan Jepang meminta Rusia untuk mengurangi aktivitas militer di kepulauan itu setelah Moskow meningkatkan jumlah pasukannya di sana, serta mengerahkan pesawat tempur untuk merespons peluncuran sistem misil asal Amerika Serikat (AS) bernama Aegis yang dilakukan oleh Jepang.
Diskusi tentang penyelesaian sengketa terus berlanjut, meski terdapat pengerahan sistem misil terbaru Rusia ke kepulauan itu dan rencana-rencana pembangunan markas angkatan laut di sana.
Abe membicarakan kunjungan Putin ke kampung halamannya di Nagato, Jepang pada tahun 2016. Ketika itu, para pemimpin sepakat untuk meluncurkan layanan konsultasi untuk sistem aktivitas ekonomi gabungan di empat kepulauan sebelah utara, termasuk memperbolehkan warga bebas berkunjung ke pemakaman.
"Di Nagato kami juga sama-sama memiliki tekad yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan isu perjanjian damai. Janji-janji yang kami buat sekarang mulai dilakukan," kata Abe.
"Hubungan Jepang-Rusia melaju ke suatu titik yang tidak pernah terjadi sebelumnya."
(prm) Next Article Menangkan Pemilu Lagi, Jokowi Dapat Ucapan Selamat dari Putin
Most Popular