KNKT Rilis Laporan Lion Air JT-610, Ini Respons Boeing
Prima Wirayani, ²©²ÊÍøÕ¾
28 November 2018 12:54

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pabrikan pesawat terbang asal Amerika Serikat, Boeing, menanggapi hasil laporan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia atas musibah jatuhnya penerbangan Lion Air JT 610 di Laut Jawa 29 Oktober lalu.
Pesawat nahas tersebut berjenis Boeing 737 MAX 8 yang diproduksi oleh perusahaan.
"Boeing mengapresiasi KNKT Indonesia atas upaya terus-menerusnya untuk menyelidiki penyebab kecelakaan ini," tulis perusahaan dalam pernyataan resminya, Rabu (28/11/2018).
"Boeing mengambil setiap langkah untuk memahami secara menyeluruh semua aspek kecelakaan ini, bekerja sama dengan Komite Keselamatan Transportasi AS sebagai penasihat teknis untuk mendukung NTSC sepanjang penyelidikan," tambahnya.
Perusahaan yang melantai di bursa AS Wall Street ini juga menegaskan komitmennya untuk menjamin keselamatan pesawat, para penumpang, dan kru penerbangan di dalamnya.
Boeing mengutip beberapa poin laporan awal KNKT dan mencatat adanya beberapa masalah terkait kecepatan dan ketinggian yang dialami pesawat itu dalam empat penerbangan dalam tiga hari sebelum kecelakaan terjadi.
Laporan awal itu diambil dari informasi data penerbangan dari satu kotak hitam pesawat yang telah berhasil ditemukan. Satu black box lagi yang berisi rekaman percakapan di dalam kokpit (voice data recorder) belum ditemukan.
Laporan tersebut menyatakan dua hari sebelum kecelakaan, catatan teknis menunjukkan bahwa salah satu sensor Angle of Attack (AOA) pesawat telah diganti, sebagai salah satu langkah yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sehari sebelum kecelakaan, pilot kembali mengalami masalah serupa dalam penerbangan dari Denpasar, Bali, ke Jakarta. Pesawat mengalami penurunan moncong secara otomatis.
"Laporan itu lebih jauh mencatat bahwa pilot melakukan tiga prosedur checklist non-normal, termasuk runaway stabilizer non-normal checklist, yang merupakan item memory yang dianjurkan dalam 737 MAX Flight Crew Operations Manual, dan ditegaskan kembali dalam Boeing Flight Crew Operations Manual Bulletin TBC-19 dan FAA Emergency Airworthiness Directive (AD) Number 2018-23-51, sebagai prosedur yang sesuai untuk mengatasi pergerakan stabilisator horisontal yang tidak diinginkan, terlepas dari sumbernya," tulis Boeing.
Penerbangan itu berhasil mendarat dengan selamat dan masalah itu sudah dilaporkan oleh pilot yang bersangkutan.
Di hari kejadian, pilot penerbangan JT 610 kembali mengalami masalah data ketinggian dan kecepatan, termasuk penurunan moncong, yang sudah terjadi dalam beberapa penerbangan sebelumnya karena kerusakan data AOA.
Pilot berulang kali berusaha menaikkan moncong pesawat dan mampu mempertahankan kontrol selama sekitar 10 menit sebelum akhirnya kotak hitam berhenti merekam data.
"Berbeda dengan apa yang dinyatakan dalam penerbangan sebelumnya, laporan tidak menjelaskan apakah pilot melakukan prosedur runaway stabilizer atau mematikan saklar stabilizer trim," tulis Boeing.
"Sesuai dengan protokol internasional, semua pertanyaan terkait penyelidikan kecelakaan yang sedang berlangsung harus ditujukan kepada KNKT."
(ray) Next Article Ini Pernyataan Resmi Boeing Soal Lion Air JT 610 yang Jatuh
Pesawat nahas tersebut berjenis Boeing 737 MAX 8 yang diproduksi oleh perusahaan.
"Boeing mengapresiasi KNKT Indonesia atas upaya terus-menerusnya untuk menyelidiki penyebab kecelakaan ini," tulis perusahaan dalam pernyataan resminya, Rabu (28/11/2018).
Perusahaan yang melantai di bursa AS Wall Street ini juga menegaskan komitmennya untuk menjamin keselamatan pesawat, para penumpang, dan kru penerbangan di dalamnya.
![]() |
Laporan awal itu diambil dari informasi data penerbangan dari satu kotak hitam pesawat yang telah berhasil ditemukan. Satu black box lagi yang berisi rekaman percakapan di dalam kokpit (voice data recorder) belum ditemukan.
Laporan tersebut menyatakan dua hari sebelum kecelakaan, catatan teknis menunjukkan bahwa salah satu sensor Angle of Attack (AOA) pesawat telah diganti, sebagai salah satu langkah yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sehari sebelum kecelakaan, pilot kembali mengalami masalah serupa dalam penerbangan dari Denpasar, Bali, ke Jakarta. Pesawat mengalami penurunan moncong secara otomatis.
![]() |
"Laporan itu lebih jauh mencatat bahwa pilot melakukan tiga prosedur checklist non-normal, termasuk runaway stabilizer non-normal checklist, yang merupakan item memory yang dianjurkan dalam 737 MAX Flight Crew Operations Manual, dan ditegaskan kembali dalam Boeing Flight Crew Operations Manual Bulletin TBC-19 dan FAA Emergency Airworthiness Directive (AD) Number 2018-23-51, sebagai prosedur yang sesuai untuk mengatasi pergerakan stabilisator horisontal yang tidak diinginkan, terlepas dari sumbernya," tulis Boeing.
Penerbangan itu berhasil mendarat dengan selamat dan masalah itu sudah dilaporkan oleh pilot yang bersangkutan.
Di hari kejadian, pilot penerbangan JT 610 kembali mengalami masalah data ketinggian dan kecepatan, termasuk penurunan moncong, yang sudah terjadi dalam beberapa penerbangan sebelumnya karena kerusakan data AOA.
Pilot berulang kali berusaha menaikkan moncong pesawat dan mampu mempertahankan kontrol selama sekitar 10 menit sebelum akhirnya kotak hitam berhenti merekam data.
"Berbeda dengan apa yang dinyatakan dalam penerbangan sebelumnya, laporan tidak menjelaskan apakah pilot melakukan prosedur runaway stabilizer atau mematikan saklar stabilizer trim," tulis Boeing.
"Sesuai dengan protokol internasional, semua pertanyaan terkait penyelidikan kecelakaan yang sedang berlangsung harus ditujukan kepada KNKT."
(ray) Next Article Ini Pernyataan Resmi Boeing Soal Lion Air JT 610 yang Jatuh
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular