
Lotte Bangun Pabrik Petrokimia di Cilegon: RI Butuh 5 Lagi
Samuel Pablo, ²©²ÊÍøÕ¾
09 December 2018 17:53

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) baru saja memulai pembangunan (ground breaking) kompleks pabrik petrokimia baru dengan nilai investasi  US$ 3,5 miliar atau setara Rp 43 triliun.Â
Pabrik dengan luas area 100 hektar ini memiliki total kapasitas produksi naphta cracker sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku itu selanjutnya dapat diolah untuk menghasilkan 1 juta ton ethylene, 520 ribu ton propylene, 400 ribu ton polypropylene dan produk turunan lainnya.
Perlu diketahui, ethylene atau polyethylene (PE) merupakan bahan baku pembuatan plastik.Â
Wakil Ketua Komite Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Achmad Widjaja menyebutkan, setiap tahunnya industri nasional membutuhkan PE sebanyak 5,7 juta ton.
"Dengan pertumbuhan konsumsi PE diperkirakan sekitar 8% per tahunnya, harusnya Indonesia punya lima lagi investasi seperti ini. Lima tahun lagi, industri akan membutuhkan 20 juta ton," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Minggu (9/12/2018).
Achmad menjelaskan, potensi industri plastik di dalam negeri amat sangat besar. Dengan demikian, berapapun produksi PE dari Lotte atau industri petrokimia lainnya di sektor hulu pasti akan diserap oleh industri plastik di sektor antara/hilir.
"Syaratnya, Lotte konsisten berinvestasi untuk pasar Indonesia. Tidak perlu ekspor, [kebutuhan bahan baku] untuk domestik saja belum cukup terpenuhi. Pemerintah perlu menegaskan dan memonitor seluruh kegiatan dan laporan BKPM [Badan Koordinasi Penanaman Modal] terkait pentingnya hal ini," jelasnya.
Komitmen yang sama bagi industri lokal menurut Achmad juga perlu ditegaskan pada rencana peningkatan kapasitas produksi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (PTIA). Pasalnya, Siam Cement Group (SCG) selaku pemegang 30% saham PTIA saat ini sudah memiliki investasi yang sangat besar di Vietnam.
[Gambas:Video ²©²ÊÍøÕ¾]
"Pemerintah harus bisa memberikan insentif tambahan agar investor-investor fokus ke pengembangan industri hulu untuk memasok kebutuhan industri intermediate dan hilir," tegasnya.
Dengan demikian, Achmad berharap arah pengembangan industri ke era 4.0 tidak terhambat investasi riil di lapangan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono memperkirakan RI bisa menghemat devisa hingga US$ 1 miliar per tahunnya apabila pabrik baru Lotte sudah operasional.
"Kalau sudah operasional, kira-kira bisa menekan impor PE hingga satu miliar dollar," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
(gus) Next Article Konkret! Lotte Mulai Bangun Pabrik Petrokimia Rp 53 T di RI
Pabrik dengan luas area 100 hektar ini memiliki total kapasitas produksi naphta cracker sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku itu selanjutnya dapat diolah untuk menghasilkan 1 juta ton ethylene, 520 ribu ton propylene, 400 ribu ton polypropylene dan produk turunan lainnya.
Wakil Ketua Komite Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Achmad Widjaja menyebutkan, setiap tahunnya industri nasional membutuhkan PE sebanyak 5,7 juta ton.
"Dengan pertumbuhan konsumsi PE diperkirakan sekitar 8% per tahunnya, harusnya Indonesia punya lima lagi investasi seperti ini. Lima tahun lagi, industri akan membutuhkan 20 juta ton," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Minggu (9/12/2018).
Achmad menjelaskan, potensi industri plastik di dalam negeri amat sangat besar. Dengan demikian, berapapun produksi PE dari Lotte atau industri petrokimia lainnya di sektor hulu pasti akan diserap oleh industri plastik di sektor antara/hilir.
"Syaratnya, Lotte konsisten berinvestasi untuk pasar Indonesia. Tidak perlu ekspor, [kebutuhan bahan baku] untuk domestik saja belum cukup terpenuhi. Pemerintah perlu menegaskan dan memonitor seluruh kegiatan dan laporan BKPM [Badan Koordinasi Penanaman Modal] terkait pentingnya hal ini," jelasnya.
Komitmen yang sama bagi industri lokal menurut Achmad juga perlu ditegaskan pada rencana peningkatan kapasitas produksi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (PTIA). Pasalnya, Siam Cement Group (SCG) selaku pemegang 30% saham PTIA saat ini sudah memiliki investasi yang sangat besar di Vietnam.
[Gambas:Video ²©²ÊÍøÕ¾]
"Pemerintah harus bisa memberikan insentif tambahan agar investor-investor fokus ke pengembangan industri hulu untuk memasok kebutuhan industri intermediate dan hilir," tegasnya.
Dengan demikian, Achmad berharap arah pengembangan industri ke era 4.0 tidak terhambat investasi riil di lapangan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono memperkirakan RI bisa menghemat devisa hingga US$ 1 miliar per tahunnya apabila pabrik baru Lotte sudah operasional.
"Kalau sudah operasional, kira-kira bisa menekan impor PE hingga satu miliar dollar," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
(gus) Next Article Konkret! Lotte Mulai Bangun Pabrik Petrokimia Rp 53 T di RI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular