
China Bakal Impor 2 Juta Daging Babi, Gara-gara Flu Afrika
Bernhart Farras, ²©²ÊÍøÕ¾
22 March 2019 09:46

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Flu babi dari Afrika akan membuat ketersediaan babi di China menurun drastis. Kondisi ini akan membuat harga daging babi melonjak dan memicu permintaan besar untuk impor daging bagi.
Bahkan impor daging babi China tahun 2019 diprediksi melonjak 2 kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu menjadi 2 juta ton.
Dilansir dari Reuters, para petani dan pelaku industri lainnya mengatakan epidemi demam babi China di Afrika jauh lebih luas dari yang dilaporkan oleh data resmi. Hal itu membuat penyakit ini lebih sulit untuk ditahan dan berpotensi menyebabkan kekurangan daging babi, sekaligus meningkatkan kemungkinan penyebarannya di luar perbatasan China.
"Harapan penuh kami adalah bahwa jumlah kasus tidak dilaporkan," kata Paul Sundberg, Direktur Eksekutif Swine Health Information Center di Ames, Iowa, yang didanai oleh produsen daging babi Amerika Serikat (AS).
"Jika ada begitu banyak virus di lingkungan di China, maka kita berisiko lebih tinggi untuk mengimpornya," tambahnya.
Kejadian ini juga terjadi karena China tidak mengizinkan penjualan komersial alat tes demam babi Afrika, meskipun sekarang sudah banyak tersedia. Konfirmasi resmi harus datang dari laboratorium yang disetujui negara.
Dilaporkan oleh analis Rabobank, China telah melaporkan 113 wabah penyakit menular sejak Agustus 2018, bahkan peternak dan pelaku industri mengatakan ada beberapa wabah yang tidak dilaporkan.
Flu babi Afrika, yang meski tidak membahayakan manusia, memiliki tingkat mematikan yang tinggi pada babi dan tidak memiliki vaksin atau obat.
"Produksi daging babi China akan turun hingga 20% pada tahun 2019," kata Oscar Tjakra, Direktur Penelitian Pangan dan Agribisnis di Rabobank, dalam sebuah konferensi.
"China biasanya menyumbang sekitar setengah dari produksi daging dunia. Itu berarti produksi lokal tahun ini hanya sekitar 50 juta hingga 51 juta ton," tambah Tjakra.
Jumlah itu turun dari produksi tahun lalu yang sebanyak 54 juta hingga 55 juta ton. Atase Departemen Pertanian AS di Beijing memperkirakan produksi daging babi mencapai 51,4 juta ton tahun ini, turun 5% dari 2018, dan impor diperkirakan sebanyak 2 juta ton.
Robobank menyebut jumlah babi China menurun 15% pada 2018. Namun, Zhu Zengyong, profesor di Institut Informasi Pertanian Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian China (CAAS), mengatakan produksi daging babi meningkat dalam tiga kuartal pertama tahun 2018, tapi turun signifikan pada kuartal keempat setelah penyakit mulai menyebar dengan cepat.
Dia mengutip data resmi yang dikeluarkan oleh biro statistik, yang menunjukkan jumlah babi yang disembelih turun 1,2% pada 2018 menjadi 693,8 juta ekor. Produksi daging babi tahun lalu adalah 54 juta ton.
Penyakit ini benar-benar mengganggu rencana produksi banyak perusahaan besar, sambung Zhu, di mana beberapa perusahaan bahkan menghentikan ekspansi karena penyakit itu.
Pembicara lain mengatakan penurunan output akan menekan permintaan pakan. Permintaan pakan babi China pada tahun panen 2018-2019, yang berlangsung dari Oktober hingga September, akan turun 12% dan permintaan dedak (soymeal) pada periode yang sama akan turun 5,5%, kata Li Ning, manajer umum pedagang komoditas Living Water Trade (Shanghai) Co Ltd
"Anda harus bergerak lebih cepat daripada virus, ini adalah persamaan yang sangat sederhana tentang cara mengendalikan penyakit," kata Trevor Drew, Direktur Australian Animal Health Laboratory di lembaga penelitian nasional, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization.
"Jika Anda tidak tahu di mana virus itu, Anda tidak bisa menghentikannya," kata Trevor.
(tas) Next Article Beda dengan China, RI Swasembada Daging Babi
Bahkan impor daging babi China tahun 2019 diprediksi melonjak 2 kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu menjadi 2 juta ton.
Dilansir dari Reuters, para petani dan pelaku industri lainnya mengatakan epidemi demam babi China di Afrika jauh lebih luas dari yang dilaporkan oleh data resmi. Hal itu membuat penyakit ini lebih sulit untuk ditahan dan berpotensi menyebabkan kekurangan daging babi, sekaligus meningkatkan kemungkinan penyebarannya di luar perbatasan China.
"Harapan penuh kami adalah bahwa jumlah kasus tidak dilaporkan," kata Paul Sundberg, Direktur Eksekutif Swine Health Information Center di Ames, Iowa, yang didanai oleh produsen daging babi Amerika Serikat (AS).
"Jika ada begitu banyak virus di lingkungan di China, maka kita berisiko lebih tinggi untuk mengimpornya," tambahnya.
Kejadian ini juga terjadi karena China tidak mengizinkan penjualan komersial alat tes demam babi Afrika, meskipun sekarang sudah banyak tersedia. Konfirmasi resmi harus datang dari laboratorium yang disetujui negara.
Dilaporkan oleh analis Rabobank, China telah melaporkan 113 wabah penyakit menular sejak Agustus 2018, bahkan peternak dan pelaku industri mengatakan ada beberapa wabah yang tidak dilaporkan.
Flu babi Afrika, yang meski tidak membahayakan manusia, memiliki tingkat mematikan yang tinggi pada babi dan tidak memiliki vaksin atau obat.
"Produksi daging babi China akan turun hingga 20% pada tahun 2019," kata Oscar Tjakra, Direktur Penelitian Pangan dan Agribisnis di Rabobank, dalam sebuah konferensi.
"China biasanya menyumbang sekitar setengah dari produksi daging dunia. Itu berarti produksi lokal tahun ini hanya sekitar 50 juta hingga 51 juta ton," tambah Tjakra.
Jumlah itu turun dari produksi tahun lalu yang sebanyak 54 juta hingga 55 juta ton. Atase Departemen Pertanian AS di Beijing memperkirakan produksi daging babi mencapai 51,4 juta ton tahun ini, turun 5% dari 2018, dan impor diperkirakan sebanyak 2 juta ton.
Robobank menyebut jumlah babi China menurun 15% pada 2018. Namun, Zhu Zengyong, profesor di Institut Informasi Pertanian Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian China (CAAS), mengatakan produksi daging babi meningkat dalam tiga kuartal pertama tahun 2018, tapi turun signifikan pada kuartal keempat setelah penyakit mulai menyebar dengan cepat.
Dia mengutip data resmi yang dikeluarkan oleh biro statistik, yang menunjukkan jumlah babi yang disembelih turun 1,2% pada 2018 menjadi 693,8 juta ekor. Produksi daging babi tahun lalu adalah 54 juta ton.
Penyakit ini benar-benar mengganggu rencana produksi banyak perusahaan besar, sambung Zhu, di mana beberapa perusahaan bahkan menghentikan ekspansi karena penyakit itu.
Pembicara lain mengatakan penurunan output akan menekan permintaan pakan. Permintaan pakan babi China pada tahun panen 2018-2019, yang berlangsung dari Oktober hingga September, akan turun 12% dan permintaan dedak (soymeal) pada periode yang sama akan turun 5,5%, kata Li Ning, manajer umum pedagang komoditas Living Water Trade (Shanghai) Co Ltd
"Anda harus bergerak lebih cepat daripada virus, ini adalah persamaan yang sangat sederhana tentang cara mengendalikan penyakit," kata Trevor Drew, Direktur Australian Animal Health Laboratory di lembaga penelitian nasional, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization.
"Jika Anda tidak tahu di mana virus itu, Anda tidak bisa menghentikannya," kata Trevor.
(tas) Next Article Beda dengan China, RI Swasembada Daging Babi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular