
Mengintip Nasib PLTA Peninggalan Zaman Kolonial di Bandung
Yuni Astutik, վ
15 May 2019 11:53

Bandung, վ- Matahari sudah bergeser dari posisi tertingginya saat rombongantiba di PLTA Lamajan, Bandung, Jawa Barat. Perjalanan memang cukup memakan waktu, padahal waktu keberangkatan dari Jakarta terbilang pagi, sekitar 8.30 WIB.
PLTA Lamajan merupakan salah satu sub Unit Pembangkit (UP) Saguling yang dikelola oleh PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero). UP Saguling yang memiliki kapasitas terpasang sebesar 797,36 MW ini ditopang oleh tujuh sub unit pembangkit. Ketujuh sub unit pembangkit tersebut antara lain; PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW , PLTA Plengan 6,87 MW, PLTA Lamajan 19,56 MW, PLTA Cikalong 19,20 MW, PLTA Ubrug 18,36 MW, PLTA Karacak 18,90 MW, dan PLTA Parakan Kondang 9,90 MW.
UP Saguling berperan penting dalam sistem kelistrikan Jawa Bali. Listrik yang dihasilkan disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke sistem jaringan se Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 KV. Fungsinya selain sebagai tambahan untuk menyuplai listrik di Jawa-Bali juga mengamankan Jawa-Bali apabila terjadi gangguan listrik.
"Sekarang (PLTA) sudah interkoneksi. Sudah tidak digunakan untuk satu area. Masing-masing pembangkit saling berkontribusi," kata General Manager UP Saguling Rusdiansyah saat ditanya bagaimana cara kerja setiap PLTA dalam menyuplai listrik, Selasa (14//5/2019).
Sementara itu, PLTA Lamajan sendiri menarik untuk diceritakan. Salah satu PLTA peninggalan jaman Belanda ini mulai dibangun pada 1924 dan resmi beroperasi setahun kemudian. PLTA Lamajan ditopang oleh tiga unit generator pembangkit yang berkapasitas total 19,56 MW. Unit 1 dan 2 dibangun pada tahun 1924 sedangkan unit 3 pada tahun 1933 dan mulai beroperasi tahun 1934.
Awalnya PLTA Lamajan dibangun untuk melistriki pabrik gula di Jawa Barat. Namun, seiring dengan kemerdekaan Indonesia dan PLTA tersebut diambil alih oleh negara, maka fungsi dari PLTA Lamajan juga mengalami perubahan. Tak heran, saat menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di PLTA ini, langsung terlihat bangunan khas era kolonial. Dengan bentuk tembok serta jendela yang khas, PLTA Lamajan patut disebut sebagai salah satu PLTA yang memiliki daya tarik tersendiri.
Jarak antara gedung kantor PLTA Lamajan dengan Power House sebenrnya tidaklah jauh. Yang membuatnya berbeda adalah medan curam, karena generator PLTA Lamajan terletak di medan yang curam. Apalagi sambungan pipanya terletak di dataran tinggi. Power Hose adalah bangunan tempat di mana generator pembangkit berada.
Di sinilah letak keunikan PLTA Lamajan yang sesungguhnya. Untuk menuju Power House yang letaknya curam, dibutuhkan lori khusus. Untuk menuju pemberhentian lori bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 500 meter dari gedung kantor.
Lori ini istimewa. Seperti dokar mini berwarna oranye terang, lori ini ditarik menggunakan tali baja untuk pengoperasiannya. Meski kecil, lori ini bisa mengangkut beban maksimal hingga 2 ton. Namun, jangan berharap lori bakal berjalan cepat untuk bisa sampai di Power House yang letaknya ada di lokasi yang curam.
Namun, jika merasa takut untuk menaiki lori tersebut, terdapat juga akses bagi pejalan kaki. Sebelumnya, siapkan stamina karena terdapat banyak sekali anak tangga menuju lokasi. Bahkan saking banyaknya, tersebutlah seribu anak tangga di kawasan PLTA Lamajan ini.
Setelah beberapa menit dan dengan kecepatan yang memang sangat pelan, lori tersebut tiba di tempat tujuan. Sebuah bangunan yang lagi-lagi khas nuansa pada era kolonial, terdapat tiga generator buatan SMIT SLIKKERVEER. Ketiga generator tersebut dicat dengan warna oranye terang, khas negeri Belanda. Di dalam tentu saja sangat bising, karena generator terus bekerja untuk bisa mengalirkan listrik ke sejumlah wilayah. Bau khas serupa oli juga menguar di seluruh ruangan Power House ini.
Generator-generator tersebut, memperoleh pasokan air dari pipa berwarna kuning terang yang disebut Pipa Pesat. Terdapat dua buah pipa besar yang menjulang tinggi mencapai 200 meter. Pipa tersebut mengalirkan air dari kolam tandu harian (KTH) dari Sungai Cisangkuy. Air yang dialirkan tersebut masuk ke dalam turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
Pipa, generator serta lori beserta relnya disebut masih orisinil, sama seperti ketika PLTA Lamajan dibangun 94 tahun silam. Namun, ada beberapa perubahan kecil yang memang dilakukan, untuk membuat pengoperasian PLTA ini lebih optimal. Misalnya mengganti tuas manual dengan tombol agar lebih mudah.
PLTA Lamajan sudah modern meskipun mesinnya lama sejak jaman Belanda. Meski ini mesin Belanda, semua sudah bisa remote. Mesinnya semakin handal,†kata Manager Operasi dan Pemeliharaan UP Saguling, Ade Tatang M.
Sebagai pemasok listrik, pekerja di PLTA ini seakan tak mengenal lelah. Setiap hari, bergantian ada regu jaga piket beranggotakan dua orang untuk terus mengawasi jalannya PLTA Lamajan. “Kami 24 jam ready untuk back up listrik tanpa putus,†ujarnya.
Salah pasukan pengamanan atau security di PLTA Lamajan, Sandi Sunaryadi sudah mulai bekerja sejak 1993. Bersama rekan lainnya dia bergantian menjaga bangunan tersebut. Bergantian pula mereka mengoperasikan lori menggunakan Handy Talky untuk memberi aba-aba, kapan waktunya lori harus berjalan naik, turun hingga berhenti sempurna.
Ada pula Saiful Anwar yang merupakan operator senior yang telah bekerja di PLTA Lamajan sejak Tahun 2002. Perlu diketahui jika jam kerja Operator ini tidak seperti pegawai kantoran. Di mana 1 operator bekerja 8 jam untuk setiap harinya, bekerja bergantian dengan Operator lain yang bertugas di hari itu. Tidak jarang dirinya harus meninggalkan keluarga dan orang terdekatnya demi menjalankan perannya sebagai operator di PLTA Lamajan dan memastikan PLTA Lamajan dapat beroperasi dan berkontribusi terhadap sistem kelistrikan di Jawa Bali.
(gus/gus) Next Article Kejar Energi Bersih, PLTA Rajamandala 47 MW Mulai Beroperasi
PLTA Lamajan merupakan salah satu sub Unit Pembangkit (UP) Saguling yang dikelola oleh PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero). UP Saguling yang memiliki kapasitas terpasang sebesar 797,36 MW ini ditopang oleh tujuh sub unit pembangkit. Ketujuh sub unit pembangkit tersebut antara lain; PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW , PLTA Plengan 6,87 MW, PLTA Lamajan 19,56 MW, PLTA Cikalong 19,20 MW, PLTA Ubrug 18,36 MW, PLTA Karacak 18,90 MW, dan PLTA Parakan Kondang 9,90 MW.
"Sekarang (PLTA) sudah interkoneksi. Sudah tidak digunakan untuk satu area. Masing-masing pembangkit saling berkontribusi," kata General Manager UP Saguling Rusdiansyah saat ditanya bagaimana cara kerja setiap PLTA dalam menyuplai listrik, Selasa (14//5/2019).
Sementara itu, PLTA Lamajan sendiri menarik untuk diceritakan. Salah satu PLTA peninggalan jaman Belanda ini mulai dibangun pada 1924 dan resmi beroperasi setahun kemudian. PLTA Lamajan ditopang oleh tiga unit generator pembangkit yang berkapasitas total 19,56 MW. Unit 1 dan 2 dibangun pada tahun 1924 sedangkan unit 3 pada tahun 1933 dan mulai beroperasi tahun 1934.
![]() |
Awalnya PLTA Lamajan dibangun untuk melistriki pabrik gula di Jawa Barat. Namun, seiring dengan kemerdekaan Indonesia dan PLTA tersebut diambil alih oleh negara, maka fungsi dari PLTA Lamajan juga mengalami perubahan. Tak heran, saat menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di PLTA ini, langsung terlihat bangunan khas era kolonial. Dengan bentuk tembok serta jendela yang khas, PLTA Lamajan patut disebut sebagai salah satu PLTA yang memiliki daya tarik tersendiri.
Jarak antara gedung kantor PLTA Lamajan dengan Power House sebenrnya tidaklah jauh. Yang membuatnya berbeda adalah medan curam, karena generator PLTA Lamajan terletak di medan yang curam. Apalagi sambungan pipanya terletak di dataran tinggi. Power Hose adalah bangunan tempat di mana generator pembangkit berada.
Di sinilah letak keunikan PLTA Lamajan yang sesungguhnya. Untuk menuju Power House yang letaknya curam, dibutuhkan lori khusus. Untuk menuju pemberhentian lori bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 500 meter dari gedung kantor.
![]() |
Lori ini istimewa. Seperti dokar mini berwarna oranye terang, lori ini ditarik menggunakan tali baja untuk pengoperasiannya. Meski kecil, lori ini bisa mengangkut beban maksimal hingga 2 ton. Namun, jangan berharap lori bakal berjalan cepat untuk bisa sampai di Power House yang letaknya ada di lokasi yang curam.
Namun, jika merasa takut untuk menaiki lori tersebut, terdapat juga akses bagi pejalan kaki. Sebelumnya, siapkan stamina karena terdapat banyak sekali anak tangga menuju lokasi. Bahkan saking banyaknya, tersebutlah seribu anak tangga di kawasan PLTA Lamajan ini.
Setelah beberapa menit dan dengan kecepatan yang memang sangat pelan, lori tersebut tiba di tempat tujuan. Sebuah bangunan yang lagi-lagi khas nuansa pada era kolonial, terdapat tiga generator buatan SMIT SLIKKERVEER. Ketiga generator tersebut dicat dengan warna oranye terang, khas negeri Belanda. Di dalam tentu saja sangat bising, karena generator terus bekerja untuk bisa mengalirkan listrik ke sejumlah wilayah. Bau khas serupa oli juga menguar di seluruh ruangan Power House ini.
Generator-generator tersebut, memperoleh pasokan air dari pipa berwarna kuning terang yang disebut Pipa Pesat. Terdapat dua buah pipa besar yang menjulang tinggi mencapai 200 meter. Pipa tersebut mengalirkan air dari kolam tandu harian (KTH) dari Sungai Cisangkuy. Air yang dialirkan tersebut masuk ke dalam turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
![]() |
Pipa, generator serta lori beserta relnya disebut masih orisinil, sama seperti ketika PLTA Lamajan dibangun 94 tahun silam. Namun, ada beberapa perubahan kecil yang memang dilakukan, untuk membuat pengoperasian PLTA ini lebih optimal. Misalnya mengganti tuas manual dengan tombol agar lebih mudah.
PLTA Lamajan sudah modern meskipun mesinnya lama sejak jaman Belanda. Meski ini mesin Belanda, semua sudah bisa remote. Mesinnya semakin handal,†kata Manager Operasi dan Pemeliharaan UP Saguling, Ade Tatang M.
Sebagai pemasok listrik, pekerja di PLTA ini seakan tak mengenal lelah. Setiap hari, bergantian ada regu jaga piket beranggotakan dua orang untuk terus mengawasi jalannya PLTA Lamajan. “Kami 24 jam ready untuk back up listrik tanpa putus,†ujarnya.
Salah pasukan pengamanan atau security di PLTA Lamajan, Sandi Sunaryadi sudah mulai bekerja sejak 1993. Bersama rekan lainnya dia bergantian menjaga bangunan tersebut. Bergantian pula mereka mengoperasikan lori menggunakan Handy Talky untuk memberi aba-aba, kapan waktunya lori harus berjalan naik, turun hingga berhenti sempurna.
Ada pula Saiful Anwar yang merupakan operator senior yang telah bekerja di PLTA Lamajan sejak Tahun 2002. Perlu diketahui jika jam kerja Operator ini tidak seperti pegawai kantoran. Di mana 1 operator bekerja 8 jam untuk setiap harinya, bekerja bergantian dengan Operator lain yang bertugas di hari itu. Tidak jarang dirinya harus meninggalkan keluarga dan orang terdekatnya demi menjalankan perannya sebagai operator di PLTA Lamajan dan memastikan PLTA Lamajan dapat beroperasi dan berkontribusi terhadap sistem kelistrikan di Jawa Bali.
(gus/gus) Next Article Kejar Energi Bersih, PLTA Rajamandala 47 MW Mulai Beroperasi
Most Popular