²©²ÊÍøÕ¾

Bos Inalum: Hilirisasi Bikin Harga Mineral Bisa Naik 7x Lipat

Anastasia Arvirianty, ²©²ÊÍøÕ¾
08 July 2019 17:24
Bos Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan industri hilirisasi bisa mendongkrak nilai ekspor mineral berkali lipat
Foto: Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin (²©²ÊÍøÕ¾/Anastasia Arvirianty)
Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - PT Inalum (Persero) tengah gencar melakukan upaya penghiliran hasil-hasil tambang di Indonesia. Hal ini setidaknya memberikan dua manfaat, yakni membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memangkas defisit neraca perdagangan (CAD).

"Berkaca dari Amerika Serikat, kalau ekspor seluruh produk tambang mentah kontribusi [hanya] 0.6% dari GDP nya mereka. Kalau penghiliran nilai tambah tujuh kali [lebih besar]," ujar Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (8/7/2019).

Lebih lanjut, Budi mencontohkan dengan harga jual ekspor nikel sejauh ini US$ 3.500 per ton, sementara setelah diproses menjadi ferronikel bernilai US$ 12.680 per ton.



Dengan asumsi nilai tambah seperti itu, menurutnya, dampak ekonomi dalam negeri akan semakin terasa dengan adanya penghiliran mineral.

"Untuk nikel di Antam, sudah diproses jadi ferronikel, sementara dari ferronikel ke stainless stell sekarang (masih) proses. Untuk timah sekarang sudah timah jadi tin ingot," katanya.

Namun, Budi juga mengkhawatirkan pasokan bahan baku untuk upaya penghiliran tersebut. Ia menyebutkan, kebutuhan batu bara untuk lima tahun ke depan akan meningkat pesat. Dia mencontohkan, Inalum lewat anak usahanya saja PT Bukit Asam (PTBA) membutuhkan banyak batu bara untuk pembangkit listrik dan produk lainnya.

"Sekarang Bukit Asam produksi 25 juta ton batu bara per tahun, dalam 5 tahun ke depan kita akan membangkitkan listrik yang membutuhkan 11 juta ton batu bara per tahun. Kita akan membangun pabrik syngas, metanol, dan DME yang membutuhkan 13 juta ton batu bara per tahun," jelas Budi,

"Akibatnya dalam 5 tahun ke depan yang tadinya ekspor 25 juta ton, kita akan serap 24 juta ton dari ore ini untuk mengubah jadi listrik dan syngas dan metanol. Akibatnya pak, pabrik yang kita bangun butuh keberlangsungan pasokan selama minimal 30 tahun, idealnya 30-50 tahun," tambahnya.

Masalah serupa, lanjut Budi, tidak hanya untuk batu bara, melainkan pada bahan baku lain. Ia menyebutkan, hal sama juga terjadi pada nikel. "Kita sekarang ekspor barang mentah dekati 3 juta ton per tahun. Perhitungan kita kalau mau bangun pabrik stainless steel kita butuh 5 juta ton," ujarnya.

Sehingga, lanjut Budi, Inalum sendiri sedang menghitung cadangan bahan baku.

"Sebab, kalau semua itu dihabiskan maka tidak bisa dinikmati anak cucu," pungkasnya.


(gus/gus) Next Article Bos MIND ID Ungkap Pemisahan Inalum Hingga Program Hilirisasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular