- Babi membuat pusing China. Pasalnya harga babi di china yang meningkat hampir 50% membuat inflasi menjadi tinggi.
Belum lagi, posisi babi yang menjadi sumber makanan utama, membuat banyak warga merana karena kenaikkan. Menurut sumber media lokal, mahalnya harga babi lebih bahaya bagi pemerintah China dibanding isu lainnya seperti perang dagang, karena menyangkut psikologis masyarakat pada sukses atau tidaknya pemerintah.
Kelangkaan babi di China berawal dari menyebarnya wabah penyakit demam babi Afrika. Penyakit ini ditemukan di China pertama kali, Agustus 2018 di Provinsi Liaoning China.
Sejak saat itu, dari data Organisasi FAO, setidaknya 100 laporan penyebaran penyakit ini di 25 provinsi dari total 34 provinsi yang ada. Dari total populasi babi yang mencapai 430 juta, pemusnahan sudah dilakukan pada 1 juta babi sejak virus ini menyebar.
Wabah demam babi Afrika memang tidak menular ke manusia. Tapi, babi yang terkena wabah ini akan langsung demam dan mati. Belum ada vaksin yang bisa mencegah penyakit ini.
Demam babi Afrika sendiri pertama kali menyebar di Georgia, Eropa tahun 2007. Bukan hanya China, penyakit ini juga kini menyerang negara lain seperti Jepang dan Filipina.
BERLANJUT KE HAL 3 >>> Akibat pemusnahan babi, daging babi menjadi langka dan harganya-pun melonjak. Bahkan dari Juli ke Agustus 2019, harga daging babi naik hampir 50%.
Daging babi di pasar China meningkat menjadi sekitar 33 yuan (Rp 65000). Dari data Dutch Bank Rabobank pasokan babi di China menyusut 40% dari 2018 lalu.
Dari data Biro Statistik Chiba (NBS), kenaikan harga babi membuat Indeks harga konsumen (CPI) ukuran utama inflasi, naik 2,8% (YoY) di bulan Agustus.
Harga makanan naik 10% secara YoY, naik 9,1% di Juli.
Sementara harga non-pangan naik 1,1% atau 0,2 poin persentase lebih rendah dari Juli. Makanan menyumbang 1,93 poin persentase dari pertumbuhan 2,8% itu, di mana daging babi salah satunya.
Kenaikan harga daging babi diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2020. Harga daging babi diprediksi naik hingga 80%.
BERLANJUT KE HAL 4 >>> Kenaikan daging babi membuat China menunjuk menteri khusus untuk mengatasi masalah ini. Bukan hanya itu, pemerintah juga memberi subsidi untuk para peternak menggenjot produksi babi.
Pada awal september stok daging babi beku dilelang hingga 10.000 ton di China. Pemerintah juga membuka keran impor, antara lain ke Denmark dan Brasil.
Yang terbaru, dalam negosiasi perang dagang dengan AS, China juga berencana mengimpor daging babi dari AS. Dikutip dari Bloomberg, nilanya kemungkinan mecapai 100.000 ton.
Beberapa perusahaan juga sudah ditunjuk seperti Smithfield Foods Inc dan Tyson Foods Inc.
BERLANJUT KE HAL 5 >>> Para peternak Babi di China berupaya untuk membuat babi-babi peliharaannya menjadi lebih gemuk. Bahkan babi-babi harus dibuat gendut hingga 150 kg, dari sebelumnya hanya maksimal 100 kg.
Hal ini dilakukan para peternak babi untuk meraih keuntungan. Pasalnya kini harga babi di China mahal akibat penyakit demam babi Afrika yang memangkas jumlah babi di negara itu.
"Bagi kami, biaya memelihara babi sekitar 10 yuan per kilo, sementara harga daging babi mencapai 30 yuan di beberapa tempat. Setiap kilo lebih banyak daging yang Anda dapatkan berarti untung ganda. Semua orang ingin memelihara babi yang lebih gemuk," kata seorang manajer pembelian di salah satu peternakan babi utama di China sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (27/9/2019).
Upaya menggemukkan babu-babi ini membuat para penjual pakan babi pun untung. Pasalnya soymeal, protein yang biasanya dipakai untuk makanan babi, banyak dicari peternak.
Soymeal dipercaya meningkatkan kesehatan babi. Seorang eksekutif di produsen pakan utama babi mengatakan babi yang lebih gemuk juga membantu meningkatkan crush margin soymeal.
[Gambas:Video ²©²ÊÍøÕ¾]