
Harga Babi di China 'Ngamuk', Bikin Susah Satu Negara

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga produsen China turun dengan persentase terbesar selama tiga tahun terakhir pada Oktober. Hal itu disebabkan sektor manufaktur yang melemah karena permintaan yang menurun dan pukulan dari perang tarif China-AS.
Sebagaimana dilansir dari ²©²ÊÍøÕ¾ International, indeks harga produsen (PPI), dilihat sebagai indikator kunci dari profitabilitas perusahaan, turun 1,6% pada Oktober dari tahun sebelumnya.
Ini merupakan penurunan paling tajam sejak Juli 2016, menurut data Biro Statistik Nasional (NBS) pada Sabtu (9/11/2019). Analis pun memperkirakan kontraksi PPI akan mencapai angka 1,5%.
Sebaliknya, harga konsumen China (CPI) naik pada laju tercepat dalam hampir delapan tahun. CPI Oktober naik 3,8% (YoY) dan mengalahkan ekspektasi analis untuk tingkat 3,3%.
Kenaikan ini didorong oleh kenaikan tajam harga daging babi, setelah demam babi di Afrika membunuh sebagian besar babi China. Harga daging babi naik lebih dari dua kali lipat dari (YoY) pada Oktober, menurut biro statistik.
"Meskipun kami mengharapkan Bank Rakyat China (PBOC) untuk mempertahankan sikap kebijakan pelonggarannya, kami percaya ada risiko yang meningkat dari spiral harga upah di tengah melonjaknya harga daging babi, dan efek limpahan terhadap harga makanan lainnya," tulis para analis di Nomura dalam sebuah catatan.
"Dengan demikian, PBOC berpotensi menjadi lebih enggan untuk memberikan stimulus kebijakan profil tinggi di kuartal mendatang, untuk menghindari memicu ekspektasi inflasi," kata para analis.
Beberapa analis mengatakan, kenaikan CPI dapat menjadi perhatian bagi pembuat kebijakan yang ingin memperkenalkan langkah-langkah untuk menopang permintaan. Namun, tekanan untuk inflasi inti (yang tidak termasuk harga pangan dan energi) tetap rendah.
China, untuk pertama kalinya sejak 2016 memangkas suku bunga satu tahun medium lending facility (MLF). Namun, otoritas China mengatakan semua relatif telah terkendali karena telah memberikan langkah-langkah stimulus dan pengurangan 5 basis poin.
Tetapi inflasi konsumen yang melonjak menambah rumit para pembuat kebijakan yang berpacu dengan kalender untuk memenuhi target pertumbuhan tahunan Beijing. Apalagi ekonomi melambat ke kisaran 6% -6,5% untuk 2019.
(sef/sef) Next Article Harga Daging Babi di RI Lebih Mahal dari China