
Jet Bomber AS Berputar-Putar Dekat Perairan China, Ada Apa?
Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
23 May 2020 14:11

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pesawat bomber B-1B Lancer milik militer angkatan udara Amerika Serikat (AS) dikabarkan terbang di atas perairan dekat China.
Meski belum jelas kapan hal itu terjadi, menurut laporan dari media South China Morning Post yang dikutip akun Twitter militer AS, membenarkan pesawat pembom melakukan misi di Laut China Selatan.
Kedatangan pesawat tersebut dilakukan setelah adanya pelatihan di pangkalan Angkatan Laut di dekat Hawai.
"Misinya adalah untuk mendukung Pacific Air Forces dan melakukan latihan serta operasi dengan sekutu dan mitra," tulis media tersebut pada Rabu (20/5/2020).
Sebelumnya, seorang pengamat militer Beijing mengatakan angkatan udara AS sudah beberapa kali terbang di atas Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Di antaranya 11 kali penerbangan pada Maret dan 13 kali penerbangan pada bulan April.
Pesawat bomber juga terbang di atas pantai Taiwan timur laut pada 6 Mei lalu. AS disebut-sebut mencoba menanamkan pengaruhnya ke Taiwan.
Pada 14 Mei, China juga telah memulai latihan militer di pelabuhan lepas kota Tangshan di Laut Kuning. Setidaknya wilayah Laut China Selatan sudah "panas" sejak tiga bulan terakhir karena hubungan antara kedua negara tersebut.
Direktur Studi Internasional di Universitas Nanjing mengatakan AS sepertinya khawatir pandemi corona (COVID-19) yang menyebar membuat China makin berpengaruh di kawasan itu.
"Atau mungkin meningkatkan operasi militer ke Taiwan," katanya, menambahkan respons AS disebut sebagai upaya menahan China, dan menjadi taktik AS untuk membuat sekutunya semakin dekat dan mengasingkan China.
Sementara itu, pengamat militer di Hong Kong, Song Zhongping menilai seringnya bomber AS terbang memberi signal tertentu. "Ada potensi pertempuran di masa depan," ujarnya.
Menurutnya bomber B-1B Lancer perlu terbang untuk mengetahui kondisi medan perang. Song mengatakan China dan AS memasuki situasi kompetisi yang kompleks dan lebih suram dari perang dingin AS-Uni Soviet yang terjadi beberapa waktu silam.
"Risiko konflik militer tidak dapat dikesampingkan di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan. Dan mereka meningkat," tegasnya.
Selain bersitegang di Laut China Selatan, AS dan China sudah terlebih dahulu terjebak dalam perang dagang yang menekan perekonomian global sejak 2018. Meski sudah menandatangani fase I perdamaian, tensi keduanya naik setelah AS menyalahkan China karena penyebaran penyakit COVID-19.
Penyakit COVID-19 dikatakan AS muncul dari salah satu laboratorium di Kota Wuhan, lokasi episentrum penyebaran pertama virus ini. Namun China sendiri menyangkal hal tersebut. Kini episentrum penyebaran virus berada di AS, menjadi menjadi negara dengan kasus terbanyak di dunia.
(hoi/hoi) Next Article Xi Jinping Usir Kapal AS di Laut China Selatan
Meski belum jelas kapan hal itu terjadi, menurut laporan dari media South China Morning Post yang dikutip akun Twitter militer AS, membenarkan pesawat pembom melakukan misi di Laut China Selatan.
Kedatangan pesawat tersebut dilakukan setelah adanya pelatihan di pangkalan Angkatan Laut di dekat Hawai.
Sebelumnya, seorang pengamat militer Beijing mengatakan angkatan udara AS sudah beberapa kali terbang di atas Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Di antaranya 11 kali penerbangan pada Maret dan 13 kali penerbangan pada bulan April.
Pesawat bomber juga terbang di atas pantai Taiwan timur laut pada 6 Mei lalu. AS disebut-sebut mencoba menanamkan pengaruhnya ke Taiwan.
Pada 14 Mei, China juga telah memulai latihan militer di pelabuhan lepas kota Tangshan di Laut Kuning. Setidaknya wilayah Laut China Selatan sudah "panas" sejak tiga bulan terakhir karena hubungan antara kedua negara tersebut.
Direktur Studi Internasional di Universitas Nanjing mengatakan AS sepertinya khawatir pandemi corona (COVID-19) yang menyebar membuat China makin berpengaruh di kawasan itu.
"Atau mungkin meningkatkan operasi militer ke Taiwan," katanya, menambahkan respons AS disebut sebagai upaya menahan China, dan menjadi taktik AS untuk membuat sekutunya semakin dekat dan mengasingkan China.
Sementara itu, pengamat militer di Hong Kong, Song Zhongping menilai seringnya bomber AS terbang memberi signal tertentu. "Ada potensi pertempuran di masa depan," ujarnya.
Menurutnya bomber B-1B Lancer perlu terbang untuk mengetahui kondisi medan perang. Song mengatakan China dan AS memasuki situasi kompetisi yang kompleks dan lebih suram dari perang dingin AS-Uni Soviet yang terjadi beberapa waktu silam.
"Risiko konflik militer tidak dapat dikesampingkan di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan. Dan mereka meningkat," tegasnya.
Selain bersitegang di Laut China Selatan, AS dan China sudah terlebih dahulu terjebak dalam perang dagang yang menekan perekonomian global sejak 2018. Meski sudah menandatangani fase I perdamaian, tensi keduanya naik setelah AS menyalahkan China karena penyebaran penyakit COVID-19.
Penyakit COVID-19 dikatakan AS muncul dari salah satu laboratorium di Kota Wuhan, lokasi episentrum penyebaran pertama virus ini. Namun China sendiri menyangkal hal tersebut. Kini episentrum penyebaran virus berada di AS, menjadi menjadi negara dengan kasus terbanyak di dunia.
(hoi/hoi) Next Article Xi Jinping Usir Kapal AS di Laut China Selatan
Most Popular