²©²ÊÍøÕ¾

Selain Batang, Pondok Indah Dulu Tempat 'Jin Buang Anak'

Ferry Sandi, ²©²ÊÍøÕ¾
02 July 2020 13:02
Pekerja melakukan finishing underpass Kartini di Jalan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis (22/2/2018). Proyek yang menelan biaya Rp 90 Milyar ini bertujuan mengurai kemacetan di persimpangan sebidang di Jalan Metro Pondok Indah dan kawasan TB Simatupang. (²©²ÊÍøÕ¾/ Andrean Kristianto)
Foto: ²©²ÊÍøÕ¾/ Andrean Kristianto

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kawasan Kabupaten Batang, Jawa Tengah kini jadi buah bibir karena sedang disiapkan jadi pusat pabrik-pabrik kelas dunia di dalam kawasan industri terpadu di Kecamatan Gringsing.

Padahal wilayah yang terletak di bagian utara Provinsi Jawa Tengah, dahulu kala identik dengan jalur Alas Roban yang terkenal akan keangkerannya yang diistilahkan sebagai tempat 'jin buang anak'.

Kiasan semacam ini juga berlaku di banyak wilayah, untuk menggambarkan kawasan yang dahulunya bukan apa-apa, kini jadi wilayah yang bernilai atau elite. Contoh yang kini sudah jadi bukti atau fakta adalah kawasan Pondok Indah hingga Bintaro di Jakarta Selatan. Mendiang pengusaha properti Ciputra sempat blak-blakan soal pengalamannya mengubah kawasan 'jin buang anak' jadi wilayah elite.

Alberthiene Endah, dalam "Ciputra The Entrepreneur: The Passion of My Life" (2019), mengungkapkan kisah wilayah 'jin buang anak' terkait pembangunan kawasan di selatan Jakarta pada era 1980-an yang kini jadi salah satu kawasan paling elite di Jakarta, yaitu Pondok Indah dan Bintaro. Seperti biasa, Ciputra memulainya dari intuisi yang tajam terhadap peluang.

"Firasat saya di tahun 70-an, kelak Jakarta akan mencapai titik kulminasi pertambahan penduduk yang mencengangkan, Ibukota akan sesak. Tak cukup menampung penduduk. Tak akan cukup lagi untuk menadahi rumah-rumah baru di atasnya. Kemungkinan kelak Jakarta akan dipenuhi rumah yang menjulang ke langit alias apartemen. Tapi waktunya masih lama. Maka terpikir oleh saya, harus dibangun kota satelit..." kata Ciputra (The Passion of My Life)

Sialnya ide Ciputra untuk membangun Pondok Indah, tak mulus, ia malah mendapat bully dari salah satu pejabat tata kota Jakarta. Menurut pejabat itu membangun kota satelit di pinggir Jakarta suatu hal yang mustahil.

"Sok tahu kau. Mana mungkin ada kota satelit di pinggiran Jakarta," kata Ciputra menirukan pejabat tersebut (hal:222)

Namun, Ciputra bergeming, ia tetap pada keyakinannya membangun kota satelit, bahkan kelak bisa membangun kota mandiri.

Kisah awal Ciputra menemukan lahan Pondok Indah dan Bintaro Jaya, berawal saat ia menemani kawannya yang membeli tanah di Kelurahan Bintaro, yang pada waktu itu ditempuh 1 jam perjalanan dengan kendaraan dari pusat kota Jakarta. Saat itu, sudah ada di kepala Ciputra soal kota satelit Jakarta, setelah melihat lahan yang masih maha luas dengan pepohonan yang masih rimbun dan asri hijau royo, juga penduduk yang masih jarang.

Pada pertengahan dasawarsa 70-an itu, Ciputra telah membangun perusahaan baru bernama Metropolitan Depelopment, pelan-pelan ia membeli tanah termasuk di kawasan Bintaro. Pada 1980, ia membangun proyek Bintaro Jaya, dan hasilnya sukses. Langkah Ciputra ini banyak ditiru oleh pengembang-pengembang lainnya.

Kesuksesan Bintaro Jaya membuat Ciputra makin pede, ia yakin intuisinya terhadap masa depan sangat cespleng. Ia mulai berpikir membangun kawasan baru juga di selatan Jakarta, khusus untuk pemukiman mewah.

"...sebuah impian lain juga menggedor-gedor batin saya. Pemukiman mewah akan ada pasarnya. Dan saya merasakan getaran itu di sudut selatan Kebayoran yang masih berupa hamparan sawah, kebun karet, dan ladang palawija. Sebuah tempat yang kemudian dikenal orang sebagai Pondok Indah," kata Ciputra (hal: 228)

Dari proyek-proyeknya, Ciputra memberikan pelajaran selagi ada kemauan dan usaha, maka sesuatu yang semula tak berharga bisa bernilai tambah. Kawasan-kawasan terpencil seperti Serpong kini bisa jadi Kota Mandiri BSD. Hal ini lah yang selalu membuatnya memberikan semangat kepada orang-orang, termasuk tim dan orang terdekatnya.

"Pondok Indah semula juga hanya bentangan kebun karet dan ladang kering. Citra Garden di Kalideres adalah sudut yang tak terjamah yang sering dibilang tempat jin buang anak. Dan Bintaro? siapa yang peduli dengan Bintaro sebelum kami membangun di sana. Semua bisa berubah," (hal: 349).


(hoi/hoi) Next Article Jokowi Buka 4.000 Ha Beri Karpet Merah Pabrik AS-Korea Pindah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular