²©²ÊÍøÕ¾

Gegara Covid, Investasi Hulu Migas Melesu Baru US$ 6,1 Miliar

Anisatul Umah, ²©²ÊÍøÕ¾
30 September 2020 15:07
Malacca Strait PSC, doc.EMP
Foto: Malacca Strait PSC, doc.EMP

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan investasi hulu migas hingga Agustus 2020 baru mencapai US$ 6,1 miliar atau sekitar Rp 90,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$), atau baru mencapai 54,5% dari perkiraan hingga akhir tahun yang mencapai US$ 11,2 miliar.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan perkiraan investasi hulu migas hingga akhir tahun ini bahkan lebih rendah dibandingkan realisasi pada 2019 yang mencapai US$ 11,7 miliar.

"Tahun ini ekspektasinya lebih tinggi, tapi karena Covid-19 tadi ini jadi lebih rendah (dibandingkan 2019)," tuturnya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI secara virtual pada Rabu (30/09/2020).

Perkiraan nilai investasi hulu migas hingga akhir tahun ini terdiri atas US$ 2,8 miliar untuk pekerjaan eksplorasi dan pengembangan (development), US$ 7,7 miliar untuk kegiatan produksi, dan US$ 0,7 miliar untuk administrasi.

Dwi menjelaskan asumsi harga minyak yang digunakan pada tahun 2020 yakni US$ 38 per barel, dan pada 2021 diperkirakan sekitar US$ 45 per barel.

Menurutnya, pada 2021 akan ada peningkatan komitmen kerja pasti (KKP) yang merupakan hasil pelimpahan (carry over) dari rencana seharusnya dilakukan pada 2020.

"Sudah ada komitmen dari KKKS dan itu harus dilaksanakan. Peningkatan kegiatan tidak selalu mencerminkan peningkatan investasi karena adanya efisiensi masif SKK Migas dan KKKS," tuturnya.

Oleh karena itu pada 2021 rencana investasi diproyeksikan akan mencapai US$ 12,3 miliar, dengan rincian US$ 3,3 miliar untuk eksplorasi dan development, US$ 8,1 miliar untuk produksi, dan US$ 0,9 administrasi.

Sebelumnya, dia mengatakan, realisasi biaya produksi yang dikembalikan pemerintah kepada kontraktor migas atau dikenal dengan Cost Recovery sampai dengan 31 Agustus 2020 sebesar US$ 5,3 miliar, atau sekitar 65% dari perkiraan hingga akhir tahun ini sebesar US$ 8,1 miliar.

Menurutnya, perkiraan Cost Recovery hingga akhir tahun ini lebih rendah sekitar 25% dari 2019 yang sebesar US$ 10,9 miliar.

Sementara itu, realisasi pendapatan negara dari sektor hulu migas ini hingga akhir Agustus mencapai sebesar US$ 6,42 miliar, sementara pendapatan kontraktor sebesar US$ 3 miliar.

Dengan memasukkan komponen Cost Recovery, maka total pendapatan dari sektor hulu migas hingga akhir Agustus ini mencapai US$ 14,71 miliar. Pendapatan ini dengan capaian rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) sekitar US$ 43 per barel.

Jika menggunakan ICP 38 per barel, maka pihaknya memperkirakan pendapatan negara mencapai US$ 6,74 miliar dan pendapatan kontraktor US$ 4,19 miliar, serta Cost Recovery US$ 8,12 miliar, sehingga pendapatan total dari hulu migas ini mencapai US$ 19,05 miliar.

Adapun outlook lifting minyak hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai 705 ribu barel per hari dan lifting gas 5.506 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).


(wia) Next Article Wow! Pemerintah Kejar Investasi Migas Naik 7x Lipat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular