
Halo Pak Mendag! Harga Cabai Mulai 'Pedas' Nih

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Periode minggu ketiga Oktober 2020, harga-harga pangan mulai merangkak naik dan berpotensi besar memicu terjadinya inflasi untuk bulan ini setelah mengalami deflasi satu kuartal penuh pada periode Juli-September 2020.Â
Dalam survei pemantauan harga (SPH) terbarunya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi di bulan Oktober berada di angka 0,04% secara month on month (mom). Angka perkiraan inflasi di minggu ketiga Oktober ini jauh lebih tinggi dibanding pekan kedua yang hanya di level 0,02% (mom).
Dalam pernyataan BI di situs resminya ada beberapa komoditas pangan yang menyumbang inflasi untuk bulan ini. Komoditas tersebut antara lain cabai merah sebesar 0,08% (mom), bawang merah sebesar 0,02% (mom), minyak goreng dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,01% (mom).
Apabila mengacu pada data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional periode 22 September - 16 Oktober 2020 harga komoditas cabai merah dan bawang merah memang mengalami kenaikan yang tajam.
Di Pasar Tradisional Tanah Air, harga satu kilogram cabai merah baik untuk cabai merah besar dan keriting sudah lebih dari Rp 40.000/Kg. Sementara untuk harga bawang merah sudah menyentuh level Rp 34.000/kg.
Dengan begitu kenaikan harga ketiga komoditas tersebut sudah mencapai dobel digit dalam kurun waktu kurang dari satu bulan terakhir. Harga cabai merah keriting naik 28,8%, cabai merah besar naik 18,8% dan harga bawang merah meningkat 10,4%.Â
Di saat yang sama harga minyak goreng dan daging ayam ras segar juga mengalami kenaikan. Namun kenaikan dua harga komoditas ini hanya tipis saja kurang dari 1% atau tepatnya hanya 0,3%.Â
Kenaikan harga pangan strategis tersebut terjadi seiring dengan masuknya musim hujan di Tanah Air. Fenomena perubahan iklim La Nina menyebabkan curah hujan yang lebih lebat. Bahkan bisa 40% lebih lebat dari kondisi normal. Pangan seperti cabai dan bawang, rentan rusak saat musim hujan sehingga berdampak pada pasokan.
Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan lebat akan terjadi sepanjang Oktober sampai akhir tahun hampir di seluruh wilayah Tanah Air kecuali Sumatra. Baru pada Januari-Februari curah hujan lebat bergeser ke arah Indonesia bagian timur.Â
Banjir terutama di kawasan Pulau Jawa berpotensi membuat harga komoditas hortikultura yang sensitif terhadap perubahan ketersediaan air seperti cabai merah terbang karena dapat memicu gagal panen.Â
Lagipula permasalahan produksi cabai merah adalah masih kecilnya pangsa pasar cabai merah olahan sehingga petani kurang termotivasi untuk melakukan pengolahan pasca panen.
Perilaku budidaya petani yang hanya berkutat di perkara menjual langsung hasil panennya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari juga menjadi masalah lain. Aspek pemasaran dan distribusi juga turut berpengaruh terhadap perkembangan harga komoditas ini.Â
Cabai merah dan bawang merah termasuk dua komoditas yang jalur distribusinya cenderung kurang efisien dan bercabang banyak sehingga margin pengangkutan dan perdagangan dua komoditas ini menjadi tinggi. Akibatnya harga di level produsen dan konsumen terpaut jauh.Â
Kenaikan harga cabai merah dan bawang merah yang sudah dobel digit dalam kurun waktu kurang dari satu bulan ini jelas harusnya menjadi warning bagi kementerian perdagangan.Â
Kementerian Perdagangan harus mulai agresif mengambil langkah antisipatif agar lonjakan harga tidak terus berlanjut dan mencekik konsumen dalam hal ini adalah masyarakat Indonesia yang juga daya belinya sedang tergerus akibat Covid-19.Â
Kenaikan harga komoditas pangan tidak serta merta mengindikasikan adanya perbaikan harga beli lantaran tingkat inflasi inti masih terus melambat. Disparitas harga terutama cabai merah antar wilayah Tanah Air juga perlu menjadi perhatian khusus juga.Â
Pasalnya di Pulau Jawa harga cabai merah kini sudah berada di atas Rp 40.000/Kg, sementara di Indonesia bagian timur terutama Papua, harganya sudah menyentuh level Rp 50.000/Kg bahkan sudah mendekati level Rp 60.000/Kg.Â
Berkaca pada kejadian yang sudah-sudah, banjir yang merendam sentra produksi cabai serta bawang merah terutama di Pulau Jawa memang membuat para petani mengalami gagal panen.Â
Faktor cuaca memang tidak bisa dikendalikan. Namun aspek-aspek lain seperti pembenahan jalur distribusi dan manajemen stok yang baik masih bisa diupayakan oleh Kementerian Perdagangan di bawah menteri perdagangan (mendag).
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA
(twg/twg) Next Article Halo Pak Mendag, Harga Cabai & Bawang Merah Makin Pedas!
