Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Gambaran soal libur akhir tahun mulai terlihat. Ada wacana libur yang awalnya 11 hari 'disunat' jadi hanya tiga hari.
Awalnya pemerintah berencana menggeser libur Ramadan-Idul Fitri tahun ini, yang dipangkas karena saat itu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sedang sangar-sangarnya, menjadi akhir tahun. Jadi yang kemarin batal mudik lebaran, silakan mudik akhir tahun.
Namun kemungkinan besar libur akhir tahun sebagai pengganti libur Ramadan-Idul Fitri ditiadakan. Sedianya libur akhir tahun bisa mencapai 11 hari, digabung antara libur Ramadan Idul-Fitri dengan Hari Natal-Tahun Baru.
Kini, beredar wacana pemerintah hanya akan memberikan tiga hari libur. Terdiri dari dua hari libur nasional (Hari Natal dan Tahun Baru) plus sehari cuti bersama pada 24 Desember.
Pertimbangan memotong libur akhir tahun apa lagi kalau bukan untuk mencegah penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sebab kalau libur dikhawatirkan mobilitas masyarakat meningkat (karena mudik), kontak dan interaksi semakin intens, virus corona lebih mudah menyebar.
Apa mau dikata, rantai penularan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini belum terputus. Malah yang ada semakin panjang dan lebar.
HALAMAN SELANJUTNYA >> Perkembangan Pandemi Mengkhawatirkan
Per 25 November 2020, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona di Tanah Air mencapai 511.836 orang. Bertambah 5.534 orang dibandingkan hari sebelumnya. Tambahan pasien baru sebanyak itu dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak pandemi virus corona mewabah di Indonesia.
Dalam 14 hari terakhir (12-25 November 2020), rata-rata tambahan pasien baru tercatat 4.551 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yatu 3.403 orang setiap harinya.
Penyebab lonjakan kasus adalah tingkat reproduksi virus (Rt) yang tinggi. Jika Rt masih di atas 1, maka artinya seorang pasien positif masih bisa menulari orang lain. Penularan masih terjadi.
Mengutip data Bonza per 26 November 2020 pukul 11:10 WIB, rata-rata Rt di 34 provinsi adalah 1,06. Masih di atas 1.
Lebih mencemaskan lagi, hanya 11 provinsi yang mencatatkan Rt di bawah 1. Artinya di sebagian besar provinsi penularan masih terjadi.
Penularan yang masih tinggi menyebabkan jumlah kasus aktif membumbung. Kasus aktif adalah jumlah pasien positif dikurangi yang sudah sembuh dan meninggal dunia.
Kasus aktif ini yang menjadi tanggung jawab tenaga medis dan fasilitas kesehatan. Semakin tinggi kasus aktif, maka beban fasilitas kesehatan semakin berat.
Per 25 November 2020, jumlah kasus aktif di Indonesia tercatat 65.804 orang, tertinggi sejak 12 Oktober 2020. Sejak 10 November 2020, kasus aktif belum pernah turun.
Bagaimanapun pandemi virus corona adalah fenomena kasehatan. Kalau aspek kesehatan bermasalah, maka aspek lain harus mengalah. Termasuk urusan sosial-kemasyarakatan, jangan mudik, jangan liburan, ayo #dirumahaja.
Aspek ekonomi juga harus mengalah. Tanpa libur panjang, konsumsi masyarakat sulit untuk didongkrak. Padahal konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama dalam pembentukam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Namun demi melindungi kesehatan dan nyawa ratusan jiwa rakyat Indonesia, apa mau dikata. Jangan sampai kemudian libur panjang tetap diberlakukan tetapi malah menyebabkan penyebaran virus corona semakin sulit dikendalikan.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA