
Bukan Cuma Jogja, 80% Hotel Tangsel Sempat Sekarat!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pandemi Covid-19 yang terus berkepanjangan mau tidak mau membuat industri pariwisata perlahan mati. Banyak hotel dan restoran yang akhirnya gulung tikar akibat tidak kuat menanggung biaya operasional, sementara pendapatan atau omzetnya tidak sebanding. Kondisi miris terjadi di Jogjakarta, banyak hotel gulung tikar.
Di area Jabodetabek, sudah banyak hotel dan resto yang berguguran. Meski ditopang dengan masyarakat yang memiliki daya beli lebih baik dibanding wilayah lain di Indonesia, pelaku usaha di sektor ini tak kuasa menanggung beban yang ada.
"Banyak juga yang akhirnya tutup, Juli akhir itu 80% dari usaha hotel di Tangsel (Tangerang Selatan) mati, itu Juli," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tangerang Selatan Gusri Efendi kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (2/1/21).
Namun, posisi kala itu berbeda dengan sekarang. Saat itu, masih ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat yang memaksa masyarakat untuk beraktivitas. Kini, sebagian masyarakat sudah mulai bisa kembali beraktivitas, meski tidak semasif dulu.
?Sekarang hampir semua hotel sudah mulai beroperasi. Pemerintah melakukan kegiatan-kegiatan di hotel meski nggak banyak, itu dilakukan di Desember," katanya.
Meski sudah kegiatan, namun itu tidak semasif seperti sebelum memasuki masa pandemi Covid-19. Kala itu, banyak kegiatan pemerintahan pusat yang berlangsung di Tangsel, bahkan banyak juga perwakilan daerah lain yang ikut serta, sehingga perputaran ekonominya bisa jalan cepat.
"Pemerintah harus membuat juga kegiatan-kegiatan yang bisa berlangsung di hotel, tapi serba sulit juga karena anggarannya terbatas. Industri pariwisata bicara semakin tinggi mobilitasnya semakin bagus kan, sekarang kalo mobilitas masyarakat terbatas ya sulit juga," katanya.
Pembatasan sosial membuat industri pariwisata sulit untuk berjalan. Jika berkaca pada daerah lain, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah.
"Ada beberapa unit usaha yang mulai tutup. Kemarin data kita 30, sekarang sudah meningkat jadi 50 di DIY per hari ini hotel dan resto yang tutup, ini hanya data yang masuk sebagai anggota PHRI DIY, jumlahnya 300-an. Kalau di luar PHRI, bisa dua kali lipat, ratusan," sebut Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana.
(hoi/hoi) Next Article Ratusan Hotel Bintang Jogja Bangkrut & Diobral, Ini Faktanya