²©²ÊÍøÕ¾

Efek Domino Ekonomi Digital, Tumbuhkan Potensi Usaha Baru

Rahajeng Kusumo Hastuti, ²©²ÊÍøÕ¾
06 April 2021 18:52
Andromeda Sindoro saat menyerahkan produk Sweet Sundae Ice Cream ke mitra pengantaran GrabFood. (Dok. Grab)
Foto: Andromeda Sindoro saat menyerahkan produk Sweet Sundae Ice Cream ke mitra pengantaran GrabFood. (Dok. Grab)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ekosistem ekonomi digital telah berkembang kian pesat dan saling mendukung satu sama lain. Teknologi pun kian mendekatkan pelaku usaha dengan konsumen, dan menumbuhkan UMKM baru yang tergabung dalam ekosistem ini.

Salah satu perusahaan teknologi yang ikut membangun ekosistem ini yakni perusahaan teknologi Grab, yang mendorong pertumbuhan berbagai unit bisnis dan mendekatkan UMKM pada konsumen. Riset Tenggara dan CSIS pada 2020 mengungkapkan platform Grab bukan saja membantu bisnis merchant untuk tumbuh.

Teknologi ini juga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi lebih banyak orang, saat bisnis merchant bertumbuh. Riset tersebut juga mengungkapkan sebagian besar merchant dalam ekosistem Grab, yakni GrabFood dan GrabKios justru dapat mempekerjakan 2-3 karyawan tambahan saat bisnis mereka bertumbuh.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki juga mengungkapkan saat ini 19% UMKM telah bergabung dalam ekosistem digital atau sebanyak 12 juta. Tergabungnya UMKM dalam ekosistem digital dapat meningkatkan potensi perluasan pasar dan peningkatan lapangan pekerjaan.

Pemerintah sendiri menargetkan ada 30 juta UMKM yang akan terhubung ke ekosistem digital pada 2023, untuk memanfaatkan ekonomi digital. Apalagi UMKM menyerap 97% dari tenaga kerja dan berkontribusi 60% pada pembentukan PDB.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga mengungkapkan kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional masih berada di level 15%, sehingga perlu ditingkatkan. Terbuka potensi untuk ditingkatkan, karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja.

Selain itu, pemanfaatan teknologi digital sangat diperlukan, karena Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar, bahkan pertumbuhannya dinilai sebagai yang tercepat dan terbesar di Kawasan Asia Tenggara.

Diproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 124 miliar di 2025, dimana di 2020 baru mencapai US$ 44 miliar. Adapun, pada masa pandemi ini transformasi digital menjadi keharusan dan bukan pilihan lagi.

"Oleh karena itu, untuk tiga tahun ke depan, pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur digital sekaligus mendorong peningkatan pemahaman masyarakat untuk memastikan layanan digital menjadi inklusif," kata dia.

UMKM Naik Kelas Dengan Ekosistem Digital

Salah satu contoh UMKM yang berhasil memperluas pangsa pasarnya dengan ekosistem ekonomi digital, yakni Sweet Sundae Ice Cream, pemasok es krim untuk hotel-hotel di Indonesia. Pemiliknya, Andromeda (32), melihat bisnis anjlok hingga 80% ketika pandemi pertama kali melanda.

Dia kemudian beralih dari bisnis B2B ke B2C dengan bergabung dengan GrabFood, penjualannya meningkat 85% dalam dua bulan. Saat ini, 25 stafnya tetap bekerja. Tapi kelangsungan hidup Andromeda bukan hanya tentang dia saja.

Seiring pertumbuhan bisnisnya, Andromeda telah memberdayakan lebih banyak peternak sapi lokal untuk terus memasok susu untuk es krimnya, memastikan bahwa lebih banyak orang di luar bisnisnya dapat memperoleh manfaat dari digitalisasi. Awalnya dia pun hanya menjajakan es krim buatannya di kantin kampus.

"Ternyata, penjualannya bagus dan kami berkembang," ujarnya.

Tidak berhenti di situ, dia terus memperbaiki produk karena optimistis bahwa bisnis nya yang masih bayi itu bisa dikembangkan lebih baik dan lebih besar lagi. Ia dengan semangat meminta masukan dari dosen-dosen nya serta menggali ilmu dari internet untuk perbaikan kualitas es krimnya.

Agar makin berkembang, Andro juga mengubah model bisnis nya. Semula es krim produksinya dijual dengan dititipkan di warung-warung, kemudian ia mulai mengubah strategi penjualan ke business to business dengan menawarkan produknya ke hotel, restoran, dan katering (horeka). Selain menawarkan ke horeka di Yogyakarta, dia meluaskan pasar ke kota-kota lainnya, seperti Solo, Semarang, Magelang, dan Ambarawa.

Pada 2017 , dia meluncurkan brand premium beserta tokonya yang terletak di daerah Lempongsari, Yogyakarta, yaitu Ademuy Gelato. Gelato ini menggunakan bahan lokal, murni, dan semuanya hasil dari peternak sapi lokal dan petani lokal.

"Kami meluncurkan gelato untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar yang ternyata bervariasi, bukan hanya menyukai es krim. Sejak itulah, kami mulai bekerjasama dengan instansi pemerintahan, terutama Kementerian Pariwisata dan Kementerian Koperasi," ungkap Andro.

Bagi Andro yang saat ini membina 935 peternak dengan total 2.600 ekor sapi, tantangan yang dihadapi adalah belum adanya pengalaman ataupun kredibilitas yang cukup untuk bisa menyampaikan ide memberdayakan peternak sapi lokal ke pemerintah ataupun investor.

"Dulu kalau kami mau mengajukan pinjaman, sangat rumit prosesnya. Tapi melalui berbagai perlombaan yang kami ikuti, juga usaha kami membangun jejaring, sekarang kami punya cukup modal dan kredibilitas untuk terlibat dalam proyek-proyek besar dalam menjalankan misi kami tersebut," katanya.

Kini ada dua produk yang dikembangkan, yakni Sweet Sundae yang disuplai ke horeka dan Ademuy Gelato yang tokonya ada di Yogyakarta dan Jakarta. Adapun varian yang dijual yaitu natural gelato, natural ice cream, pasteurisasi susu, natural ice cream powder dan softmix, greek yoghurt, dan keju mozarella.

Bahkan, mereka menerima pesanan customize dairy products. Dia mengungkapkan dalam menjalankan bisnis, yang penting adalah misi meningkatkan value susu dari peternak lokal.

"Kami mengedepankan close circle yang berputar di peternak sebagai pemain utama dan kami sebagai pengolah," kata Andro.


(yun/yun) Next Article Grab dan BLU PIP Dukung Pengembangan Usaha Ultra Mikro

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular