
Suku Bunga Ditahan, BI Pakai Jurus Ini Bantu Ekonomi Pulih!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan pihaknya terus mengambil berbagai kebijakan dalam upaya pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.
"Bank Indonesia terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial akomodasi serta mempercepat digitalisasi sistem pembayaran Indonesia untuk memperkuat upaya pemulihan ekonomi nasional," jelas Perry dalam konferensi pers, Selasa (25/5/2021).
Terdapat 7 langkah kebijakan, kata Perry, yang akan terus dilakukan oleh BI.
Pertama, melanjutkan kebijakan nilai tukar rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar.
Kedua, melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan moneter akomodatif.
Ketiga, melanjutkan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan, dengan penekanan pada komponen SBDK (cost of fund, overhead cost, dan profit margin), dan masih lambatnya penurunan suku bunga kredit baru.
"Keempat, memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif melalui penyempurnaan kebijakan rasio kredit UMKM menjadi kebijakan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) antara lain melalui perluasan mitra bank dalam penyaluran pembiayaan inklusif, sekuritisasi pembiayaan inklusif, dan model bisnis lain," jelas Perry.
Kelima, menurunkan batas maksimum suku bunga Kartu Kredit dari 2% menjadi 1,75% per bulan dalam rangka mendukung transmisi kebijakan suku bunga dan efisiensi transaksi nontunai, berlaku sejak 1 Juli 2021.
Kemudian, keenam, memperluas pendalaman pasar uang melalui percepatan pendirian Central Counterparty (CCP) dan standardisasi transaksi repo yang dapat dikliringkan melalui CCP.
Serta terakhir, kata Perry, BI akan memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta melanjutkan sosialisasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan instansi terkait.
"Pada Mei dan Juni 2021 akan diselenggarakan promosi investasi dan perdagangan di Singapura, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, Meksiko, Inggris, Swedia, Norwegia, dan Perancis," ujarnya.
(mij/mij) Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan