
Sederet Data Bikin Pemerintah Optimistis Ekonomi Meroket 8%

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II-2021 bisa mencapai 8%. Hal itu tercermin dari data-data kondisi terkini ekonomi tanah air.
"Proyeksi pertumbuhan diperkirakan 6,7% - 7.5% dan pemerintah meyakini di kuartal II kita mampu pada range 7% sampai 8%," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo, dikutip Rabu (9/6/2021).
Airlangga merinci proyeksi tersebut mengacu pada data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mencapai 55,30, tertinggi sepanjang sejarah. Kemudian juga penjualan kendaraan bermotor yang naik pasca pemberlakuan stimulus pajak, penjualan mobil mencapai 208% dan penjualan motor mencapai 227%.
Menurut Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) itu juga menyebutkan, adanya kenaikan pada indeks keyakinan konsumen (IKK) di atas 100, mendorong penjualan dii sektor ritel sebesar 9,8% secara tahunan (year on year/yoy), meskipun beberapa perusahaan tutup.
"Kita lihat pertumbuhan belanja nasional per akhir April sudah terjadi kenaikan 60,43%," ujarnya.
Program pemulihan ekonomi nasional, menurut Airlangga, berjalan baik dengan realisasi hampir 30% dari pagu. "Demikian kegiatan di sektor kesehatan sudah mencapai 18,8% realisasi, perlindungan sosial 39,2%. Kemudian prioritas 28%, dukungan korporasi 21%, dan insentif usaha 79,9%," terang Airlangga.
Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso menambahkan, hampir di semua sektor mengalami pertumbuhan yang signifikan. Indikator lain juga tercermin dari konsumsi listrik, konsumsi rumah tangga, dan beberapa konsumsi bahan baku. "Yang mengindikasikan ekonomi kita tumbuh dengan cukup baik pada Kuartal II ini," ujarnya.
"Saya pikir ini bukan sesuatu yang sangat sulit melihat juga multi effect, juga leading-leading indicator tadi yang akan sangat mendorong supaya pertumbuhan ekonomi di Kuartal II di atas 7%," kata Susiwijono melanjutkan.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia diprediksi akan mengalami beberapa gelombang ancaman di tahun depan. Salah satunya adalah fenomena Taper Tantrum, yang dikhawatirkan mulai terjadi seiring dengan rencana pengetatan kebijakan bank sentral.
Oleh karenanya, beberapa instrumen sedang disiapkan pemerintah dalam mengantisipasi hal itu.
"Kita pernah belajar dari fenomena terdahulu seperti taper tantrum di tahun 2013, di mana ekspektasi normalisasi kebijakan moneter AS dapat mendorong pembalikan arus modal dari negara berkembang," jelas Sri Mulyani.
Hal senada juga diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga mewaspadai adanya tapering off atau pengurangan stimulus berupa pembelian surat berharga di pasar surat utang yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed.
"Di pasar keuangan memang terjadi kenaikan US Treasury yield karena stimulus fiskal yang besar US$ 1,9 triliun. Ketidakpastian ini masih berlangsung meskipun sudah sedikit mereda karena kejelasan arah The Fed yang tahun ini belum akan melakukan tapering," jelas Perry.
"Namun tahun depan, kita masih memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan bahwa The Fed akan mulai mengubah kebijakan moneternya, mulai mengurangi intervensi likuiditas bahkan melakukan lakukan pengetatan dan kenaikan suku bunga," kata Perry melanjutkan
(hps/hps) Next Article Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Tumbuh Sampai 8%! Yakin, Ibu?