
Lagi Pandemi RI Masih Bergantung Obat Impor, Ini Seramnya!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia harus dihadapi dengan 'amunisi' mayoritas obat impor. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa jumlah obat impor jauh lebih mendominasi dibanding obat produksi dalam negeri.
"Obat obatan hanya 3% yang produksi dalam negeri, 97% masih kita belu impor. Padahal dari 1.809 item obat yang ada di e-katalog, hanya 56 item obat yang belum diproduksi di dalam negeri," sebut Budi dalam konferensi pers Upaya Peningkatan Penggunaan PDN Bidang Alat Kesehatan, Selasa (15/6/21).
Kondisi ini menyulitkan penanganan pandemi, pasalnya ketika Indonesia sedang butuh-butuhnya alkes, beberapa negara asal sempat menutup pintu akibat sistem lockdown. Indonesia sudah berusaha untuk mencoba mandiri, namun dari 10 bahan baku obat terbesar, baru dua yang dihasilkan dari produksi dalam negeri.
"Kita mengalami pada saat kita pandemi ini seperti ini butuh obat bahan bakunya nggak ada, jadi obatnya tidak bisa kita berikan ke rakyat, jadi kita harus khusus terbang mencari bahan baku," paparnya.
Ketergantungan Indonesia pada impor obat harus berkurang. Masalah klasik tahunan ini seharusnya bisa selesai di masa pandemi, atau setidaknya ketergantungan impor berkurang. Jika tidak, kebiasaan impor ini sangat mengganggu
"Begitu kita mau vaksinasi, vaksinnya sulit sekali mendapatkan. Bahkan, yang sudah tanda tangan kontrak bisa geser-geser jadwal pengirimannya, sehingga menyulitkan resiliensi sistem kesehatan kita," tuturnya.
Budi mengungkapkan porsi pengeluaran untuk obat tergolong kecil yakni 5% atau Rp 24 triliun dari total pengeluaran belanja kesehatan sebesar Rp 460 triliun. Sementara untuk biaya rumah sakit mencapai 59% atau Rp 272 triliun.
"Spending Puskesmas, Klinik atau FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) itu juga sebagian ada obat dan alat kesehatan. Jadi sebenarnya alat dan obat kesehatan Rp. 24 triliun, tapi feeling saya mungkin jauh lebih besar dari itu, baik swasta maupun pemerintah, baik produksi dalam negeri maupun impor," jelas mantan Wakil Menteri BUMN itu.
(hoi/hoi) Next Article Ivermectin Tak Lagi Diburu, Ini yang Dicari Warga Lawan Covid