
96% Warga Jabodetabek Ingin Tarif Transportasi Terintegrasi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾- Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) bersama dengan JakLingko menggelar Forum Group Discussion (FGD) 3 Pilar Integrasi dengan tema Masa Depan Transportasi Jakarta, Rabu (28/7/2021). Event ini dibuka langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Dalam sambutannya, Anies mengatakan pandemi selama 1,5 tahun ini telah memberikan pengalaman baru bagaimana mengelola transportasi umum yang bisa terjangkau secara wilayah, terjangkau secara pembiayaan, dan ramah lingkungan.
Dia berharap FGD ini bisa membantu memetakan mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah transportasi yang ada di Jakarta "Kami mendukung kegiatan ini semoga bisa memberikan saran dalam menyusun kebijakan transportasi Jakarta," ujarnya.
FGD yang digelar secara virtual ini terdiri dari dua rangkaian yakni Series I dengan tema Integrasi Secara Tarif dan Series II dengan tema Integrasi Secara Fisik.
Dalam series I, Ketua DTKJ Haris Muhammadun memaparkan hasil survei terhadap 1.523 pengguna transportasi umum di Jabodetabek. Hasilnya 96,1% responden setuju dengan rencana pengintegrasian tarif sejumlah transportasi umum di Jakarta.
"Ternyata masyarakat kita sudah ingin sama dengan masyarakat kota dunia lainnya," ujar Haris.
Dalam survei tersebut juga terungkap bahwa mayoritas atau 54,8% responden memilih tarif integrasi maksimal kurang dari Rp 10.000. Sementara sebanyak 30,7% memilih tarif antara Rp 10.000 sampai Rp 15.000.
Berikutnya, sebanyak 9,3% responden rela mengeluarkan uang Rp 15.000 sampai Rp 20.000 untuk sekali perjalanan transportasi yang terintegrasi.
Survei yang sama mengungkapkan bahwa mayoritas atau 31,7% pengguna transportasi di Jabodetabek ternyata menempuh jarak lebih dari 20 kilometer dalam sekali perjalanan. Dengan demikian bila dihitung pulang pergi, maka jarak tempuh sehari di atas 40 km.
"Ini bisa dimaklumi karena pengguna KRL dan transportasi lain dari wilayah penyangga menuju Ibu Kota rata-rata di atas 20 km," ujar Haris.
Sementara itu, sebanyak 29,4% responden mengaku memiliki jarak tempuh antara 10-20 km. Adapun 27,3% responden memiliki jarak tempuh 5-10 km.
Hanya 11,6% responden yang memiliki jarak tempuh transportasi umum di bawah 5 km. Untuk waktu tempuh, mayoritas atau 44,2% responden menyatakan menghabiskan 30-60 menit dalam satu kali perjalanan. Berikutnya sebanyak 35,6% responden menghabiskan antara 1 dan 2 jam.
![]() |
Dalam kesempatan yang sama Sekretaris Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Massdes Arouffy menyatakan ada 5 prinsip pemanfaatan dari integrasi tarif transportasi tersebut. Pertama lebih murah karena biaya perjalanan tidak lebih mahal dari sebelum integrasi baik single trip maupun multi trip.
Kedua lebih mudah karena cukup 1 kartu atau 1 aplikasi untuk semua moda. Dapat membuat atau membayar satu paket rencana perjalanan dan cukup 1 kali tap in dan tap out untuk multi trip.
Ketiga, penggunaan public service obligation (PSO) lebih tepat sasaran kepada pihak yang membutuhkan. Keempat meningkatkan ridership angkutan umum. "kelima adalah efisiensi biaya subsidi," ujarnya.
Direktur Utama PT LRT Jakarta Wijanarko mengungkapkan adanya integrasi tarif antar moda transportasi bisa memudahkan masyarakat seperti yang saat ini telah dilakukan oleh LRT dengan Trans Jakarta. Dia menilai tanpa adanya integrasi tarif, sulit menjangkau masyarakat untuk beralih ke transportasi umum.
"Kami sudah 6 stasiun dan terintegrasi langsung dengan payment Transjakarta. Jadi tidak perlu taping 2 kali, cukup sekali saja. Memang waktu integrasi belum ada JakLingko maka tarif yang ditetapkan adalah Rp 8.500 untuk terusan dengan TJ," ujar Wijanarko.
Dengan integrasi ini masyarakat cukup dimudahkan karena tidak perlu membayar berkali-kali ketika transit, namun dipotong di belakang, saat sudah pasti melanjutkan perjalanan dengan TransJakarta. Saat ini pun LRT sudah menggunakan uang elektronik dan QR, sehingga tidak lagi melayani pembayaran tunai.
Berdasarkan catatan LRT Jakarta, sebanyak 37,5% penumpang melakukan perjalanan terintegrasi dengan TransJakarta. Wijanarko mengatakan artinya banyak penumpang yang harus meneruskan perjalanan, dan tarif terintegrasi bisa memudahkan mereka sehingga tidak perlu antrian yang panjang.
"Kemudahan-kemudahan ini menunjang mereka beralih dari kendaraan pribadi menjadi kendaraan umum dan mengurangi polusi. Maka kami juga akan mengembangkan tarif terintegrasi dengan JakLingko dan bisa menjadi momentum besar," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pelayanan dan Pengembangan TransJakarta, Achmad Izzul Waro mengatakan integrasi tarif dibutuhkan karena wilayah moda transportasi telah terintegrasi secara fisik dan cakupan operasi makin luas. Awalnya TransJakarta hanya memiliki cakupan area di wilayah Jakarta 23%.
"Hingga saat ini, lebih dari 80% cakupan area di Jakarta. Artinya 80% warga di Jakarta sudah terjangkau sistem di Jakarta dan diharapkan terus meningkat," ujar Achmad Izzul Waro.
(dob/dob) Next Article Kendala Integrasi Transportasi DKI, Pembangunan Belum Selesai
