Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kabar baik mengenai penanganan Covid-19 di Indonesia. Pernyataan bernada positif ini disampaikan seiring dengan tidak masuknya Indonesia dalam 10 negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.
Meskipun jumlah penduduk Indonesia menjadi yang terbesar keempat terbanyak di antara negara-negara di dunia.
"Alhamdulillah, kasus Covid-19 terus menunjukkan tren penurunan," kata Jokowi beberapa waktu lalu.
Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan memaparkan kasus konfirmasi maupun kasus aktif Covid-19 di Pulau Jawa dan Bali turun drastis dibandingkan puncaknya pada Juni-Juli lalu.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, per 27 September 2021 pukul 12.00 WIB, kasus baru Covid-19 bertambah 1.390 sehingga total kasus menjadi 4.209.403. Tambahan kasus hari ini lebih rendah dibandingkan kemarin yang tercatat 1.760.
Berdasarkan paparan Luhut, kasus konfirmasi nasional turun 96,9% dibandingkan puncak per 15 Juli 2021. Kemudian kasus aktif nasional turun 92,6% dibandingkan puncak pada 24 Juli 2021.
Ia pun mengungkapkan kasus konfirmasi Jawa-Bali turun 98% dari puncak per 15 Juli 2021. Sementara kasus aktif di luar Jawa-Bali turun 96% dari puncak per 24 Juli 2021.
Luhut pun mengungkapkan tingkat reproduksi efektif (Rt) Indonesia dan Jawa-Bali turun di bawah 1%.
"Jadi angka-angka ini tidak boleh membuat kita berpuas diri justru tambah hati-hati," kata Luhut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga turut menyampaikan kabar baik dari perekonomian Indonesia. Meskipun belum lama ini Indonesia baru menerima hantaman covid varian delta.
Kabar baik ini diawali dengan semakin rendahnya kasus covid-19, baik di dalam wilayah Jawa-Bali maupun di luar. Sehingga mobilitas mulai ada peningkatan, seperti yang terlihat di wilayah perkantoran hingga ritel.
"Kalau semua daerah bisa turunkan covid dan stay low maka pemulihan ekonomi akan cepat," ungkapnya akhir pekan lalu.
Penjualan ritel di Agustus juga meningkat. Tercermin dari Mandiri Spending Index yang naik ke level 95,6. Indeks Keyakinan Konsumen diakui masih berada dalam level yang rendah, akan tetapi Sri Mulyani meyakini sudah ada pembalikan.
Dari sisi produksi, perkembangan positif ditunjukkan indeks PMI Manufaktur Indonesia yang berada naik ke level 43,7 walaupun masih berada di zona kontraksi.
Konsumsi semen dan volume impor besi dan baja tumbuh masing-masing 2,5% dan 33,1%. Konsumsi listrik bahkan tumbuh 14,4% seiring dengan peningkatan aktivitas industri. Ini turut mendorong adanya pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal.
Kabar sangat baik muncul dari neraca perdagangan. Lonjakan harga perdagangan mengantarkan peningkatan ekspor sebesar 64,1% dan surplus neraca perdagangan US$ 4,74 miliar yang tertinggi sepanjang masa.
"Ini gambarkan pemulihan ekonomi cukup solid dan kita harapkan bisa terus berjalan," ujarnya.
Atas dasar itu, Sri Mulyani optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal III tumbuh 4-5%. Ditopang oleh ekspor dengan pertumbuhan 20-22%, konsumsi rumah tangga 2-2,4% dan investasi 4,9-5,4%.
"Efektivitas dari PPKM luar biasa menjaga dan kendalikan delta varian di seluruh Indonesia telah berikan dampak positif bagi kita semua. Kuartal III proyeksi meningkat 4-5%," papar Sri Mulyani.
Pada kuartal IV diperkirakan ekonomi bisa meningkat lebih tinggi dan keseluruhan tahun bisa mencapai rentang 3,7-4,5%.