²©²ÊÍøÕ¾

Ramai Negara Mulai Antre di Pintu Keluar Pandemi, Ada RI?

Cantika Adinda Putri, ²©²ÊÍøÕ¾
26 November 2021 06:17
Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Konferensi Pers APBN KITA 25 November 2021 (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Saat Konferensi Pers APBN KITA 25 November 2021 (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, salah satu yang akan jadi fokus pembahasan dalam Presidensi G20 2022 yakni pemerataan ekonomi yang di seluruh dunia.

Oleh karena itu, rencana negara-negara di seluruh dunia, khususnya negara maju dalam exit strategy atau keluar dari pandemi Covid-19 harus menjadi perhatian bersama, agar tidak terjadi malah gangguan kepada negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Persoalan pemulihan ekonomi ini mengenai exit strategy, dan apakah kita kemudian melihat adanya permanen damage dari Covid-19 melalui scarring effect," jelas Sri Mulyani dalam program Squawk Box ²©²ÊÍøÕ¾ TV, Kamis (25/11/2021).

Pasalnya, kata Sri Mulyani exit strategy ini menjadi sangat sensitif untuk negara-negara berkembang. Terutama di Amerika Serikat (AS) saat ini juga tengah menghadapi inflasi di atas 6% atau tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

Kenaikan inflasi itu, tentu kata Sri Mulyani akan mendorong seluruh pembuat keputusan atau kebijakan di AS, baik itu bank sentral, maupun kementerian keuangannya harus menggunakan instrumen untuk menangani kenaikan harga yang luar biasa ini.

Biasanya, kata Sri Mulyani secara moneter, Bank Sentral atau The Federal Reserve akan mulai mengurangi stimulusnya, dan hal ini yang biasanya berimbas terhadap pasar keuangan negara-negara berkembang, seperti Indonesia.

Sementara di negara-negara lain, masih membutuhkan suasana kondusif untuk pulih. "Yaitu suku bunga yang relatif rendah, inflasi rendah, itu harus mengejar ketertinggalan supaya pemulihannya segera terjadi. Sehingga, mereka tidak terpengaruh secara negatif dari spillover yang terjadi di negara-negara yang sudah inflasinya tinggi," jelas Sri Mulyani

Menurut Sri Mulyani saat ini, Indonesia sudah dalam jalur on the track seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang No.2 Tahun 2020, dengan mengambil kebijakan ekstra ordinary fiskal atau defisit di atas 3% selama tiga tahun atau dari 2020-2022.

Di samping itu, pemerintah juga selalu berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan otoritas lainnya untuk mengawal pemulihan ekonomi.

"Hal ini seperti ini jadi salah satu hal yang baik, karena Indonesia transparan dan menyampaikan adanya situasi extra ordinary, namun disiplin dalam jangka menengah panjang," jelasnya.

"Nah, berbagai yang kita capai akan menjadi salah satu showcase dan menciptakan apa yang disebut tone pembicaraannya jadi kolaboratif," ujarnya lagi.

Sri Mulyani berharap negara-negara maju bisa dengan melakukan komunikasi yang baik, mengenai apa saja akan melakukan atau kebijakan apa saja yang akan mereka tempuh untuk keluar dari pandemi Covid-19.

"Dari sisi tahapannya jadi bisa dipahami dan disiapkan, sehingga pengaruh spill overnya bisa menjadi lebih kecil atau bahkan dihilangkan. ini yang kita harapkan dari pertemuan G20 ini," jelas Sri Mulyani.

Sehingga, kata Sri Mulyani semua negara bisa menyiapkan secara baik, karena lingkungan global tidak 100% selalu bisa dikontrol oleh semua negara di dunia.

"Makanya perlu berkoordinasi agar lingkungan global menjadi tidak totally volatile dan control-able. Ini yang jadi salah satu capaian yang kita harapkan, terutama mengenai exit strategy dan scarring effect," tuturnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular