
Fakta-Fakta Terkini Seputar 'Kiamat' Kontainer, Simak Ya..

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga pengiriman kontainer kini melonjak tajam yang disebabkan 'kiamat kontainer'. Hal ini terjadi karena permintaan dan pasokan global terganggu akibat pandemi, sehingga mengacaukan pengiriman kapal atau ruang kontainer.
Pimpinan negara hingga Menteri juga sudah menyebut bahwa hal ini dapat menjadi tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan. Namun solusi penyelesaian belum bisa dimitigasi cepat karena bergantung pada perusahaan perkapalan (shipping line) asing.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Riyanto mengatakan, ongkos angkut kargo atau freight naik mencapai 300% pada bulan ini dibandingkan bulan sebelumnya.
Dia mencontohkan ongkos angkut dari Semarang menuju Amerika Serikat berada pada kisaran US$ 20 ribu per kontainer, sementara ke Eropa US$ 14 - 16 ribu per kontainer, selanjutnya ke Australia mulai daru US$ 4.000 - US$ 6.000 per kontainer.
"Sebelumnya hanya sepertiga itu harganya," ungkapnya kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
Eksportir lalu mengungkapkan bahwa banyak kontainer kosong dikirimkan ke luar negeri, sehingga membuat pelaku usaha kesulitan melakukan pengiriman.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur menjelaskan, kontainer yang tersedia banyak dimiliki perusahaan pelayaran asing. Sementara ruang kontainer saat ini terbatas karena banyak peti kemas kosong ditarik oleh pemiliknya di luar negeri.
"Pemilik kontainer itu adalah perusahaan asing, kalau mereka butuh kontainer, maka akan diambil saja, seperti Cosco mereka pasti membuat prioritas untuk pelanggan mereka saja," kata Abdul kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (29/11/2021).
Selama pandemi banyak rantai pasok terkendala, sehingga berdampak pada pasokan kontainer yang terbatas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini berimbas pada kenaikan biaya jasa pengiriman dengan kontainer yang menekan dunia usaha.
"Sejauh yang saya lihat ini sedang bergerak pada keseimbangan baru, artinya harga ini nggak mungkin turun," kata Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi, kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Senin (29/11/2021).
