²©²ÊÍøÕ¾

Awas! Dunia Dihantam 'Tsunami Raksasa' Utang

Eqqi Syahputra, ²©²ÊÍøÕ¾
09 February 2022 12:35
Nobel Prize-winning economist Joseph E. Stiglitz attends a session at the World Economic Forum (WEF) in Davos, January 26, 2012. REUTERS/Christian Hartmann/File Photo
Foto: Joseph E. Stiglitz (REUTERS/Christian Hartmann)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Utang yang meningkat sejak pandemi covid-19 akan menjadi masalah besar bagi sejumlah negara dalam beberapa waktu ke depan. Khususnya pada negara berkembang dan miskin.

Hal ini disampaikan oleh Joseph Eugene Stiglitz, Peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi tahun 2001 dalam acara Mandiri Investment Forum, Rabu (9/2/2022)

"Saya khawatir utang pada banyak negara," jelasnya.

Pada 2020, Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat utang seluruh dunia mencapai US$ 226 triliun. Dengan asumsi US$ 1 sama dengan Rp 14.343 seperti kurs tengah Bank Indonesia (BI) 17 Desember 2021, maka utang pemerintah itu mencapai Rp 3.241.518.000.000.000.000. Tiga juta triliun rupiah.

Pemerintahan di berbagai negara terpaksa berutang untuk mengongkosi tambahan biaya kesehatan dan perlindungan sosial-ekonomi.

"Saat ini utang pemerintah berkontribusi hampir 40% dari total utang, porsi terbesar sejak pertengahan 1960-an. Sejak 2007, utang pemerintah terus bertambah karena kebutuhan penanganan krisis keuangan global dan pandemi virus corona," sebut laporan IMF.

Dua tahun berlalu, pandemi yang mulai mereda, masing-masing negara akan berkutat dalam pembayaran. Ada beberapa negara yang bisa memacu perekonomian lebih cepat, namun tidak sedikit yang akan tercekik.

"Banyak negara yang mengeluarkan dana untuk membayar utang daripada untuk pendidikan kesehatan dan sosial dan jika suku bunga naik, situasi akan memburuk, dan kita akan menghadapi krisis utang," paparnya.

Hal ini harus menjadi perhatian banyak negara, khususnya anggota G20. Negara miskin khususnya harus disiapkan solusi yang meringankan sehingga beban utang tidak terlalu menyiksa rakyat di negara tersebut.

Menurut Stiglitz, solusi yang bisa diambil adalah dengan menggunakan dana yang tersedia di Dana Moneter internasional (IMF), untuk disalurkan kepada negara miskin yang terlilit utang. "Hal ini bisa diajukan di G20 sebagai cara untuk atasi ketidaksetaraan pemulihan," pungkasnya.


(mij/mij) Next Article Duh! Dunia Bakal Dilanda Krisis Utang, Negara Mana Korbannya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular