
Beneran Ada, Varian Deltacron Jadi Ancaman Baru?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Varian Covid-19 baru bernama 'Deltacron' kini jadi pembicaraan. Pasalnya perpaduan virus corona varian Delta dan Omicron ini mulai menjadi pantauan resmi Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA).
Langkah ini diambil UKHSA seiring telah teridentifikasinya kasus pada pasien Inggris, sebagaimana dilaporkan media Mirror dan The Telegraph. UKHSA sendiri menulisnya sebagai "variant in monitoring" atau varian dalam pemantauan.
UKHSA menyatakan varian baru diyakini telah berevolusi pada pasien yang terkena varian Omicron dan Delta secara bersamaan. Jumlah pasti kasus Deltacron tidak diketahui, meskipun para ilmuwan pada tahap ini dilaporkan percaya jumlah kasus rendah.
Seberapa menular atau parah virus yang baru berevolusi ini juga belum jelas. Namun melansir News.co.uk varian ini lebih menular daripada bentuk aslinya,
Sementara mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengemukakan Deltacron merupakan varian baru gabungan BA.1 dan B.1617.2.
Kedua varian tersebut, kata Tjandra, telah memperoleh pengakuan dari otoritas berwenang di Inggris sebagai laporan yang sedang diawasi oleh otoritas setempat.
"Di Inggris varian ini dimasukkan ke dalam 'variant surveillance report'," kata Tjandra dalam keterangan tertulis, Jumat (18/2/2022) lalu.
Tjandra mengemukakan sekuen dari 25 varian Deltacron kini sudah dikirim ke GISAID pada 7 Januari lalu. Namun, pada saat itu banyak yang menganggapnya sebagai pencemaran di laboratorium.
"Tetapi sekarang memang dilaporkan adanya varian hybrid Deltacron ini yang disebut sebagai BA. 1 + B.1617.2," kata Tjandra.
WHO, kata Tjandra, pada awal Januari lalu memang menyebutkan kemungkinan seseorang terserang beberapa varian sekaligus. Misalnya, seperti saat seseorang terinfeksi Covid-19 dan flu secara bersamaan.
"Sejauh ini belum ada informasi resmi dari UKHSA tentang kemungkinan penularan dan berat ringannya varian baru ini, walaupun ada pendapat beberapa pakar. Nampaknya kita masih perlu menunggu beberapa waktu ke depan." katanya.
Sebelumnya, kemunculan Deltacron sempat dilaporkan seorang dokter di Siprus, 11 Januari lalu, kepada Bloomberg. Namun, temuan Dr Leonidos Kostrikis, profesor ilmu biologi di Universitas Siprus tersebut dibantah sejumlah ilmuwan.
Mereka menyebut Deltacron yang dimaksud mungkin terjadi akibat kontaminasi laboratorium. Namun ia bersikukuh Deltacron yang dia identifikasi menunjukkan tekanan evolusioner pada varian awal untuk memperoleh mutasi dan bukan hasil dari peristiwa re-kombinasi tunggal.
(tfa/tfa) Next Article Ada Lagi Varian Baru Covid: Deltacron!