²©²ÊÍøÕ¾

Gelombang Impor Makin Seram! RI Diacak-Acak Baju China

Damiana Cut Emeria, ²©²ÊÍøÕ¾
15 March 2022 06:55
Suasana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota berdampak pada aktivitas di pasar Jaya salah satunya, di kawasan Pasar Cijantung, Jakarta Timur. 16/6/20, ²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo

Pantauan ²©²ÊÍøÕ¾ dilapangan pada Selasa (16/6/20) mencoba menelusuri seluruh isi pasar, tampak sepi  pembeli.  Salah satu pasar di kawasan Jakarta Timur itu sangat berbeda dibanding hari-hari biasanya yang padat dan ramai. Kali ini tampak sepi. Bahkan kendaraan yang terparkir sangat minim.  

Salah satu pedagang pakaian anak mengatakan, kondisi pasar mulai sepi saat terjadi virus corona. “Ini sangat berimbas pada pendapatan kami. Repot kalau begini terus,”ujarnya.

Menurutnya,  setelah lewat pukul 11.00 WIB, siang hari, sudah sangat kurang orang yang berbelanja di pasar. Dagangan pun tentu aja banyak yang tak laku. Karena itu ia berharap wabah COVID-19  ini bisa cepat selesai.

Yanto, pedagang daging ayam juga merasakan demikian. “ Jam 10 masih numpuk dagangan ini. kami sangat khawatir pak kalau begini terus.,”ujarnya sambal geleng geleng kepala.

Pedagang sayur pun demikian. Munawar seorang  tukang sayur mengatakan, untuk mendapatkan sayur juga sulit. “Kita dapat juga sulit. Jualnya juga sudah sepi pembeli. Aturan jaga jarak dan tidak berpergian ke pasar sangat berdampak. “Jadi kalau enggak laku ya udah jadi risiko,” ungkapnya.  

Penjagaan juga diperketat oleh anggota TNI dan securty pasar untuk, setiap pengunjung yang ingin masuk ke pasar akan dicek suhu dan cuci tangan. 

Untuk kepasar basah (pasar ikan) dipastikan pengunjung memakai masker, peraturan tersebut sudah pasang sebelum masuk pasar basar.

Sebelumnya Seorang pedagang di Pasar Obor Cijantung dinyatakan positif Covid-19 usai jalani rapid test dan swab test Covid-19 pada Jumat (29/5/2020) lalu.

Informasi itu berdasarkan data dari Perumda Pasar Jaya pada Kamis (11/6/2020).

Adapun rapid test dan swab test di Pasar Obor Cijantung pada 29 Mei 2020 lalu diikuti 75 peserta yang terdiri dari pengunjung dan pedagang pasar.

Hasilnya, empat orang reaktif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test. Kemudian, dari empat orang itu, seorang pedagang dinyatakan positif Covid-19.

 (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)
Foto: Pasar Cijantung (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Serbuan baju impor asal China masih merajai pasar Indonesia. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat, porsi baju impor asal China di pasar domestik menguasai 80% pasar garmen Tanah Air.

Tahun 2019, impor pakaian jadi asal China tercatat sebanyak 64,66 ribu ton dengan nilai US$431,40 juta. Tahun 2020, impor baju dari China sebanyak 51,79 ribu ton dengan nilai mencapai US$343,02 juta.

Dan, pada tahun 2021, baju asal China yang masuk ke Indonesia naik menjadi 57,11 ribu ton dengan nilai sebesar US$324,61 juta.

Dengan importasi sebesar itu, pangsa pasar baju impor asal China di dalam negeri terus mendominasi.

API mencatat, secara volume, pangsa pasar pakaian jadi atau garmen asal China di Indonesia mencapai 79,30% pada tahun 2019.

Angka itu naik menjadi 80,99% pada tahun 2020 dan turun tipis menjadi 80,66% tahun 2021.

Secara nilai, impor pakaian jadi asal China menguasai hingga 51,03% pasar domestik tahun 2019. Melonjak menjadi 54,68% tahun 2020 dan sedikit terpangkas menjadi 50,91% tahun 2021.

Koreksi tipis pangsa pasar China di pasar garmen domestik bukan juga akibat perbaikan industri lokal. Namun, karena porsi tersebut direbut baju impor dari negara lain. Yakni, Bangladesh dan Vietnam.

Menurut data API, secara volume, pangsa pasar baju impor asal Bangladesh tahun 2021 naik menjadi 5,12% dari tahun 2020 yang 4,59%.

Dan, baju impor asal Vietnam menguasai 2,57% pasar domestik tahun 2020 dan naik jadi 2,85% tahun 2021.

"Eksportir pakaian jadi dunia itu nomor satu China, nomor 2 Bangladesh, nomor 3 Vietnam. Bea masuk dari China nol persen, dan saat ini dari Bangladesh 20 - 25% tergantung kode HS," kata Ketua Umum API Jeremy Kartiwa Sastraatmaja kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Sabtu (12/3/2022).

Warga memadati kawasan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski pertokoan di Pasar Tanah Abang tutup karena PSBB, menjelang hari lebaran kawasan tersebut dipadati pedagang kaki lima yang berada di gang-gang dekat pasar. ²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo.   Memasuki H-7 lebaran Idul Fitri, Pasar Tanah Abang kembali ramai dipadati masyarakat meskipun pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih menutup pasar tersebut sejak 27 Maret karena diberlakukanPembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) untuk mengatasi penyebaran Covid-19.Keramaian terlihat disejumlah titik seperti sebrang Blok F dan depan stasiun Tanah Abang, jalanan tersebut dipadati pedagang kaki lima dan warga tanpa mematuhi peraturan jaga jarak sesuai dengan himbauan pemerintah.Para pedagang nekat turun kepinggir jalan karena sejak kios mereka ditutup, para pedagang tidak mendapatkan penghasilan, padahal biasanya menjelang lebaran mereka bisa meraup untung besar. (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo.)Foto: Warga memadati kawasan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Senin (18/5/2020). (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo.)
Warga memadati kawasan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski pertokoan di Pasar Tanah Abang tutup karena PSBB, menjelang hari lebaran kawasan tersebut dipadati pedagang kaki lima yang berada di gang-gang dekat pasar. ²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo.   Memasuki H-7 lebaran Idul Fitri, Pasar Tanah Abang kembali ramai dipadati masyarakat meskipun pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih menutup pasar tersebut sejak 27 Maret karena diberlakukanPembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) untuk mengatasi penyebaran Covid-19.Keramaian terlihat disejumlah titik seperti sebrang Blok F dan depan stasiun Tanah Abang, jalanan tersebut dipadati pedagang kaki lima dan warga tanpa mematuhi peraturan jaga jarak sesuai dengan himbauan pemerintah.Para pedagang nekat turun kepinggir jalan karena sejak kios mereka ditutup, para pedagang tidak mendapatkan penghasilan, padahal biasanya menjelang lebaran mereka bisa meraup untung besar. (²©²ÊÍøÕ¾/Tri Susilo.)

Menurutnya, serbuan baju impor asal China ke pasar domestik bisa naik terus.

"Kalau tidak ada kendali bisa terjadi (kenaikan impor baju asal China). Apalagi, China memang terkenal murah. Sesuai dengan daya beli konsumen domestik," kata Jeremy.

Sekjen Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Lely Fitriyani mengatakan, saat ini daya beli di dalam negeri sedang menurun. Akibatnya, konsumen yang tadinya mampu membeli baju Rp1 juta, jadinya hanya mampu beli Rp300 ribu.

"Tapi, konsumen tetap ingin kualitas bagus. Barang Rp300 ribu buatan China bagus. Pasar kami tentu tergerus. Sementara, kelas atas sekali, cenderung masih suka beli barang branded di pasar luar negeri," kata Lely kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Sabtu (12/3/2022).

Industri di dalam negeri, kata Lely, tidak diproteksi oleh pemerintah. Belum lagi, imbuh dia, dukungan perbankan untuk UKM fesyen/ garmen lokal masih kecil.

"Kami ingin dibantu untuk membuka pasar baru ke negeri-negeri yang menyukai produk kami. APPMI saat ini juga sedang berupaya mandiri membangun pasar di dalam negeri melalui event Indonesia Fashion Week pada 13 - 17 April nanti di JCC," ujarnya.

Untuk itu, lanjut Lely, pihaknya sangat memerlukan dukungan pemerintah termasuk perbankan nasional.

"Terutama dari bank BUMN yang masih minim penyaluran kredit terhadap sektor kami," kata Lely.


(dce/dce) Next Article Bikin Gemetar RI, Baju Impor China Merajalela

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular