²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Heboh NATO Diminta Bunuh Putin, Disebut Ancaman & Mematikan

sef, ²©²ÊÍøÕ¾
15 March 2022 06:22
Russian President and Presidential candidate Vladimir Putin attends a news conference at his campaign headquarters in Moscow, Russia March 18, 2018. Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY.
Foto: Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - NATO diminta membunuh Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia disebut "ancaman permanen dan mematikan" menyusul serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari lalu.

Pernyataan ini muncul dari mulut mantan panglima Angkatan Darat Inggris, Kolonel Richard Kemp. Mantan pemimpin paskan di Afghanistan itu bahkan menyamakan Putin dengan mantan pemimpin Al-Qaeda Osama Bin Laden, Bos ISIS Abu Bakar Al Baghdadi dan Jenderal Iran yang tewas dibunuh pasukan Amerika Serikat (AS) atas perintah mantan presiden Donald Trump, Qasem Soleimani.

"NATO harus mempertimbangkan semua opsi untuk menyingkirkannya dari kekuasaan. Itu termasuk membunuhnya meskipun itu tidak mungkin atau tidak diinginkan," kata Kemp dikutip dari Mirror, Senin (14/3/2022).

Ia pun mengatakan, itu satu-satunya cara mengakhiri perang. Termasuk, mencegah konflik di masa depan.

"Hal terbaik adalah melihat Putin digulingkan, ditangkap dan diadili, baik di Rusia atau di Pengadilan Kriminal Internasional," lanjutnya.

Tetapi opsi-opsi itu sangat tidak mungkin terjadi," jelasnya lagi.

Menurutnya pembunuhan mungkin bukan hal "menyenangkan" bagi banyak orang. Namun tegasnya, ini lebih berarti jika dibandingkan dengan banyaknya warga Ukraina yang meninggal akibat serangan.

"Jika sampai pada pembunuhan, mungkin ini tidak menyenangkan bagi banyak orang. Tetapi hidupnya tidak memiliki nilai yang lebih besar daripada nyawa ribuan orang yang telah dia bunuh di Ukraina dan di tempat lain dan mungkin akan dibunuh di masa depan," tambahnya.

Menurutnya menjadikan Putin sebagai target adalah sah karena dirinya adalah Panglima Tertinggi pasukan Rusia. Ia menyamakan hal ini dengan rencana pembunuhan Pemimpin NAZI Jerman, Adolf Hitler di Perang Dunia III

"Seandainya dia (Hitler) disingkirkan dan bukannya pada akhir 1930-an, kami tidak akan mengalami konflik yang menewaskan 70 juta orang," tegasnya lagi.

Rusia sendiri belum bereaksi soal ini. Namun seruan pembunuhan ini bukan hal pertama ke pemimpin usia 69 tahun itu.

Sebelumnya, seorang pengusaha Rusia, Alex Konanykhin, mengumumkan sebuah sayembara untuk memburu kepala Presiden Vladimir Putin. Ini juga akibat serangan Rusia ke Ukraina.

Mengutip Express dan The Independent, Konanykhin mengatakan Putin merupakan biang kerok dari kekacauan yang bermuara pada serangan ke Ukraina. Ia bertekad menyediakan hadiah hingga US$ 1 juta atau setara Rp 14 miliar bagi siapa saja yang mampu membunuh salah satu figur terkuat dunia itu.

"Saya berjanji untuk membayar US$ 1 juta kepada petugas yang, sesuai dengan tugas konstitusional mereka, menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional," ujarnya dalam sebuah posting di LinkedIn dua pekan lalu.

"Putin bukan presiden Rusia karena ia berkuasa sebagai hasil dari operasi khusus meledakkan gedung-gedung apartemen di Rusia, kemudian melanggar Konstitusi dengan menghilangkan pemilihan umum yang bebas dan membunuh lawan-lawannya."

Tak hanya di LinkedIn, Konanykhin juga memberikan pesan ini di sebuah posting Facebook. Dalam posting itu, ia bahkan membuat sebuah poster yang bertuliskan 'Dicari: Hidup atau Mati, Vladimir Putin sang Penjahat Perang'. Meski begitu, pesan ini tak lama kemudian diblokir oleh Facebook.

"Sebagai seorang etnis Rusia dan warga negara Rusia, saya melihatnya sebagai kewajiban moral saya untuk memfasilitasi denazifikasi Rusia," tambahnya lagi.

Ia berharap makin banyak pengusaha Rusia yang bertindak sepertinya. Ini agar dunia mau terdorong untuk menghentikan aksi Putin yang mana menurutnya merupakan 'tanggung jawab moral' seluruh pihak.

"Jika cukup banyak orang membuat pernyataan serupa, itu dapat meningkatkan kemungkinan Putin ditangkap dan dibawa ke pengadilan," ujarnya.

Konanykhin merupakan pengusaha yang saat ini fokus dalam mata uang kripto dan dunia digital. Ia diberikan suaka politik untuk tinggal di AS pada tahun 1999 dan 2007. Saat ini, ia diketahui bermukim di wilayah California.

Bagi Rusia, Konanykhin dianggap sebagai kriminal. Negeri Beruang Putih mengatakan ia telah melakukan penggelapan dana senilai US$ 8 juta dari Russian Exchange Bank.


(sef/sef) Next Article Putin Kumpulkan Sekutu Rusia di Moskow, Siap Gempur NATO?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular