
Harta Karun RI yang Digali Spanyol Ini Tak Sejumbo Ramalannya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah mengevaluasi rencana pengembangan Blok Sakakemang di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang dioperasikan oleh perusahaan migas asal Spanyol, Repsol.
Pasalnya, dari kegiatan uji coba pengeboran yang sudah dilakukan, diketahui jumlah cadangannya tidak seperti yang diharapkan.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas A. Rinto Pudyantoro mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan pembahasan dan analisa terkait rencana pengembangan Blok Sakakemang. Dengan begitu, maka jadwal produksi dari blok yang dikembangkan oleh perusahaan asal Spanyol itu berpotensi terganggu.
"Saat ini kami sedang membahas dan analisa sedang berlangsung, termasuk kemungkinan perubahan skenario PoD (Plan of Development/ Rencana Pengembangan) early production," ujar Rinto kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (17/5/2022).
Rinto tak merinci secara pasti target penyelesaian pembahasan dan analisa cadangan Blok Sakakemang. Namun yang pasti, lembaga hulu ini tengah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya.
Untuk diketahui, konsorsium Repsol, Petronas, dan Mitsui Oil Exploration pada 2019 silam mengumumkan adanya temuan cadangan gas "jumbo" di Blok Sakakemang. Repsol mulanya memperkirakan cadangan gas di blok ini bisa mencapai hingga 2 triliun kaki kubik (TCF) dari sumur Kaliberau Dalam 2x (KBD-2X) dengan kedalaman 2.430 meter, yang ditajak pada 20 Agustus 2018.
Nantinya gas produksi Blok Sakakemang akan diintegrasikan dengan fasilitas produksi di Blok Corridor. Wilayah kerja Sakakemang memang berdekatan dengan wilayah Corridor.
Pemerintah Indonesia pun telah memberikan persetujuan rencana pengembangan (Plan of Development/ PoD) Pertama Lapangan Kaliberau di Blok Sakakemang ini pada akhir 2020 lalu.
Nilai investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan lapangan tersebut ditaksir mencapai US$ 359 juta atau Rp 5,06 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$).
Plan of Development I Lapangan Kaliberau disetujui dalam rangka untuk memproduksikan cadangan gas sebesar 445,10 miliar standar kaki kubik (BSCF) (gross) hingga batas akhir keekonomian proyek (economic limit) pada 2038 atau 287,70 BSCF penjualan gas dengan laju produksi gas puncak sebesar 85 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan kumulatif produksi kondensat sebesar 0,17 MMSTB dengan laju produksi puncak sebesar 34 barel kondensat per hari (barrels condensate per day/ BCPD).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sempat menuturkan, temuan cadangan gas ini adalah temuan signifikan dan merupakan yang terbesar keempat di dunia pada 2018, setelah pengeboran sumur Calypso 1 di Cyprus, Obskaya Savernaya 1 di Rusia, dan 1-STAT-010A-SPS di Brazil.
"Jaraknya cuman 60 km dari pipa blok Corridor, jadi gasnya bisa dialirkan ke Jawa dan Singapura. Makanya ini potensial dan keekonomiannya sangat bagus," ujar Dwi ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Manajer Eksplorasi Asia Tenggara Repsol David Ramos menambahkan, pihaknya percaya bahwa blok ini ekonomis untuk dikembangkan. Ia menuturkan, Repsol akan mencoba untuk mempercepat ke tahap produksi.
"Kami harap dalam kurun waktu lima tahun dari sekarang, blok ini bisa berproduksi," pungkasnya.
Blok Sakakemang ini dioperasikan Repsol yang memiliki hak partisipasi 45% dan selebihnya dimiliki oleh Petronas 45% dan MOECO 10%. Pada 2015, Repsol SA mengakuisisi Talisman Energy Inc senilai US$ 8,3 miliar. Dengan demikian, blok minyak yang tadinya dikelola Talisman diambil alih oleh Repsol.
(wia) Next Article Gawat Bu Sri Mulyani, Penerimaan Migas Tahun Ini Meleset!
